Semua manusia bertanggungjawab atas amal perbuatannya kelak di hari kiamat. Tidak ada yang mampu menolongnya. Satu-satunya hal yang dapat membantunya adalah amalan masing-masing saat di dunia. Kalau amalannya baik, niscaya dia tergolong sebagai orang yang selamat.
Namun, jika sebaliknya, maka ia tergolong sebagai orang yang merugi. Merugi dalam hal ini, bukanlah sama seperti ruginya orang yang berdagang, melainkan merugi karena kita tidak memiliki amal yang bisa membantu kita menggapai ridhanya.
Di sisi Allah, tidak ada pembeda antara orang yang kaya dan orang yang miskin, tidak ada orang biasa dan pejabat negara, juga tidak ada pembeda antara laki-laki dan perempuan. Yang dilihat oleh Allah adalah derajat kita berdasarkan amal yang kita lakukan.
Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menjelaskan tiga derajat manusia di sisi Allah:
Pertama, orang yang selamat (salim). Menurut al-Ghazali, orang-orang yang termasuk dalam kategori ini adalah orang yang senantiasa mengerjakan kewajiban-Nya dan meninggal larangan-Nya
Kedua, orang yang beruntung (rabih). Orang yang termasuk dalam ketegori ini adalah orang yang dengan sukarela mengerjakan ibadah mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan kesunnahan-kesunnahan. Ia tidak hanya cukup menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan.
Ketiga, orang yang rugi (Khasir). Ciri-ciri orang yang menjadi bagian dari kategori ini adalah orang yang ogah-ogahan menjalankan kewajiban.
Menurut al-Ghazali, jika kita tidak bisa menjadi bagian dari golongan yang beruntung, maka berusahalah untuk menjadi orang yang termasuk dalam kategori selamat. Dan jangan sampai kita menjadi bagian dari golongan yang merugi. Naudzubillahi min dzalik.
Wallahu A’lam.