Rasulullah hidup dalam masyarakat plural dan multi-agama, apalagi ketika berada di Madinah. Di situ ada komunitas Yahudi, Nasrani, dan lain-lain. Makanya, strategi yang dilakukan Rasul adalah membuat perjanjian dengan komunitas agama lain agar tidak terjadi konflik dan perjanjian. Ikatan perjanjian itu populer dengan nama piagam Madinah.
Inti dari piagam Madinah adalah seluruh pihak yang terikat dengan perjanjian itu berjanji untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketentraman Madinah. Piagam Madinah menunjukan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah memusuhi orang berdasarkan latar belakang agamanya dan beliau bisa bergaul dengan siapapun, meskipun beda agama.
Fakta sejarah menunjukan ada beberapa non-muslim yang dekat dengan Rasulullah. Sebagian di antara mereka ada yang pada akhirnya memeluk Islam dan ada juga yang tidak memeluk Islam sampai akhir hayatnya. Rasul pun tidak mempersalahkan keimanan mereka dan tetap bergaul dengan baik. Karena memang Islam tidak boleh disebarkan dengan jalan kekerasan, tapi harus dengan kelembutan dan kebaikan.
Ada tiga non-muslim yang sangat dekat dengan Rasulullah. Ketiga tokoh itu sebagai berikut:
Abu Thalib
Abu Thalib termasuk paman Nabi Muhammad yang siap pasang badan demi Rasulullah. Meskipun sampai akhir hayatnya Abu Thalib belum memeluk Islam, tetapi dia tetap bersedia membela Nabi Muhammad dan menghalangi siapapun yang akan menyakiti Rasulullah.
Ketika Abu Thalib masih hidup, Rasulullah jarang mendapat tekanan dan ancaman berat dari kaum kafir Quraisy. Ada beberapa kali tekanan tetapi tidak terlalu kuat, karena Abu Thalib masih hidup dan dia bersedia melindungi Nabi Muhammad.
Saat Abu Thalib wafat, Rasulullah merasa kehilangan dan beliau sangat sedih. Yang paling disedihkan Rasulullah adalah sang paman tidak mau melafalkan dua kalimat syahadat saat ajal menjemput. Rasulullah SAW selalu berdoa agar adzab yang dilimpahkan pada Abu Thalib diringankan Allah SWT.
Mukhairiq
Selain Abu Thalib, Rasulullah berteman baik dengan seorang pendeta Yahudi bernama Mukhairiq. Teman Rasulullah ini sangat baik dan kaya raya. Meskipun belum diberi hidayah masuk Islam, Mukhairik tetap baik dengan Rasulullah. Bahkan dia pernah membantu Rasulullah SAW saat perang Uhud. Mukhairiq pun mengajak orang-orang Yahudi lainnya untuk membantu Nabi Muhammad berperang.
Mukhairiq wafat ketika perang tengah berkecamuk. Dia terluka parah saat itu. Sebelum meninggal, Mukhairiq mewasiatkan agar sebagian hartanya diserahkan pada Rasulullah dan kaum muslimin. Rasul pun tidak keberatan menerima hibah harta dari Mukhairiq. Saking dengannya hubungan keduanya, Rasul pernah mengatakan, “Mukhairiq adalah sebaik-baik Yahudi”.
Abdul Quddus
Dahulu Rasulullah memiliki pembantu dari kalangan Yahudi. Nama pembantu itu Abdul Quddus. Sehari-hari dia bekerja membantu Rasulullah. Rasulullah juga pernah menjenguk Abdul Quddus ketika sakit dan saat itu Rasul menawarkan agar Abdul Quddus bersedia masuk Islam karena posisinya sedang sekarat.
Abdul Quddus akhirnya menerima tawaran Rasulullah untuk masuk Islam setelah direstui ayahnya. Rasul sangat bahagia saat Abdul Quddus mau mengucapkan dua kalimat syahadat. Rasul berkata, “Alhamdulillah, semoga dia diselamatkan dari api neraka” (HR: Bukhari).
Selain tiga nama di atas, tentu masih banyak kisah lain yang menunjukan kedekatan Rasulullah dengan non-muslim. Pada intinya, Rasul tidak pernah membenci orang lain, apalagi memerangi, karena perbedaan agama.