Sering kali kita mendengar bahwa seluruh amalan baik di bulan Ramadan akan dilipatgandakan pahalanya, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka lebar-lebar. Jangankan beramal salih, tidurnya saja dianggap ibadah bahkan diamnya saja dianggap bertasbih.
Pernyataan di atas tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Memang, pernyataan di atas bisa kita temukan hadisnya, bahkan populer sekali di bulan Ramadan. Bahkan, banyak orang yang mengamalkannya.
Berikut hadis lengkapnya:
نومُ الصائمِ عبادةٌ وصمتُه تسبيحٌ وعملُه مُضاعفٌ ودُعاؤهُ مُستجابٌ وذَنبُه مَغفُورٌ
“Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, amalannya dilipat gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni”
Eh, tapi entar dulu. Meskipun hadis tersebut populer di telinga masyarakat, tapi hadis tersebut tidak tercantum di kitab-kitab hadis populer.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Kemudian Imam Suyuti menukil hadis tersebut dalam al Jami’ al Shagir dan mendhaifkannya. Menurut Imam Baihaqi dalam hadis tersebut terdapat perawi yang dianggap sebagai rawi yang dhaif, seperti Ma’ruf bin Hisan dan Sulaiman bin Amr an’Nakha’i.
Banyak ulama hadis mengatakan bahwa Sulaiman adalah rawi yang lebih dhaif dari Ma’ruf. Bahkan Imam bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa Sulaiman dikenal sebagai pemalsu hadis. Imam Bukhari sendiri mengatakan bahwa hadis Sulaiman tersebut matruk alias semi palsu.
Ditemukannya rawi yang memalsukan hadis menjadikannya sebagai hadis yang bermasalah. Maka dari itu, hadis ini bisa disebut sebagai hadis yang matruk. Menurut para as-Suyuthi, walaupun hadis tersebut tidak berkaitan dengan akidah dan halal-haram, hadis tersebut tetap tidak boleh menjadi dasar atau diamalkan.
Atas dasar hadis di atas, banyak orang yang beralasan untuk tidur sepanjang hari. Bahkan tidak sedikit ditemukan orang yang memilih untuk tidur dibanding membaca Al-Quran dan lain sebagainya. Sehingga hadis dhaif ini menjadikan seseorang malas dalam beribadah.
Andai tidur orang berpuasa pun menjadi pahala, apa lagi orang yang membaca Al-Quran. Ramadan itu untuk berlomba-lomba dalam ibadah bukan lomba tidur.
Wallahu A’lam.