Adzan penanda masuk waktu shalat, khususnya shalat wajib. Setelah adzan, dianjurkan untuk iqamah, petanda shalat berjamaah segera dimulai. Tapi tidak semua shalat mesti atau disunnahkan adzan dan iqamah. Untuk shalat tertentu, malahan adzan tidak dianjurkan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Taqrirat al-Sadidah fi Masail al-Mufidah.
Hasan Ahmad Muhammad al-Kaf dalam kitab tersebut memerinci beberapa hal yang berkaitan dengan adzan dan iqamah. Beliau menjelaskan shalat apa saja yang disunnahkan diawali dengan adzan dan iqamah; shalat yang tidak disunnahkan adzan, tapi cukup iqamah; shalat yang tidak disunnahkan adzan dan iqamah. Rinciannya sebagai berikut:
Pertama, adzan dan iqamah sangat dianjurkan pada shalat wajib, mulai dari Shubuh sampai Isya. Selain shalat wajib, adzan dan iqamah juga disunnahkan dalam shalat Jum’at. Adzan sebagai penanda masuk waktu shalat dan iqamah sebagai tanda shalat berjamaah segera dilaksanakan.
Kedua, adzan tidak disunnahkan dalam shalat jamak atau qadha secara berurutan. Misalnya, kalau kita mengerjakan shalat jamak dzuhur dan ashar, adzan hanya disunnahkan untuk shalat dzuhur. Ketika mengerjakan shalat ashar disunnahkan untuk langsung iqamah.
Ketiga, adzan dan iqamah tidak disunnahkan pada shalat sunnah yang dianjurkan berjamaah, semisal shalat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Ketika mengerjakan shalat sunnah hari raya, dicukupkan dengan melafalkan kalimat nida, semisal “Shalatul ‘Id Rahimakumullah”.
Keempat, tidak disunnahkan adzan, iqamah, dan nida’ pada shalat sunnah yang tidak dianjurkan berjamaah, semisal shalat dhuha dan shalat rawatib.
Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait adzan dan iqamah. Semoga kita bisa mengamalkan.