Tuhan itu Esa sedangkan ciptaan-Nya adalah Bhinneka. Bagi saya pribadi mensyukuri keberagaman adalah kewajiban bahkan harga mati. Saya selalu menikmati dan mendalami setiap perjumpaan dengan kawan-kawan lintas agama bahkan dengan yang tidak beragama hingga yang sama sekali belum percaya akan adanya Tuhan, karena mereka merasa belum merasakan kehadiran-Nya.
Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan akal yang merupakan salah satu keistimewaan dari ciptaaa-Nya. Dengan anugerah tersebut manusia dapat berfikir, mengidentifikasi bahkan menciptakan suatu kesimpulan suatu hal. Saya percaya bahwa apa yang dikatakan dosen epistemologi saya tentang kebenaran itu tak selalu objektif, dan parahnya beberapa kebenaran disepakati atas dasar maksud tertentu.
Sebenarnya, saya merupakan orang yang menghindari perbincangan dengan topik agama yang pada akhirnya hanya untuk menyesat-nyesatkan yang lain. Namun saya senang ketika bisa berbagi kepada siapapun dengan tujuan menumbuhkan rasa saling menghargai, bukan rasa saling menghakimi.
Pada suatu waktu saya pernah diblokir dari Blackberry Messenger oleh salah satu guru saya hanya karena saya membuat status bbm kurang lebih begini “..selamat natal bagi saudara kristiani, damai natal semoga selalu menyertai kita semua.”
Ibu itu memberikan argumen tentang keyakinannya bahwa tidak boleh mengucapkan hari raya agama lain dan saya menghargai apa yang beliau utarakan tapi sebagai hamba yang Allah anugerahkan akal maka saya pun turut berargumen akan keyakinan saya bahwa mengucapkan hari raya agama lain bukan sebuah hal yang dapat menggoyahkan iman Islam saya.
Tahun lalu seorang teman mengajak saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan lintas agama hingga Allah ijinkan saya berkunjung dan mengalami perjumpaan dengan para pemuka agama Katholik di Vatikan.
Pada awalnya sudah saya dengar beberapa suara yang berfikir bahwa itu adalah sebuah upaya kristenisasi hanya karena pada beberapa waktu kegiatannya dilakukan di Gereja. Bahkan saat saya ke Vatikan masih ada lagi suara yang mengatakan tak lain itu sebuah upaya kristenisasi dan parahnya ada yang terang-terangan menyebut saya ini murtad, kafir, sekuler dan kata-kata manis lainnya.
Alhamdulillah Allah beri saya hati yang bebal kala itu sehingga saya cukup cekikik-an mendengar kalimat itu. Kecintaan saya akan keberagaman yang Allah anugerahkan semakin menumbuhkan semangat saya untuk mengikuti berbagai kegiatan lintas agama baik yang berbentuk diskusi, camp hingga do’a bersama lintas iman.
Orang yang belum tahu, bahkan tidak mau mencari tahu, malah sering memunculkan justifikasi negatif akan kegiatan lintas agama. Tak hanya didunia nyata dalam interaksi langsung bahkan dalam interaksi di dunia maya pun tak sedikit saya membaca ujaran-ujaran yang menyudutkan pada tuduhan kristenisasi atau upaya mengajak orang lain untuk berpindah iman akan agama.
Kegiatan lintas agama umumnya adalah aktivitas yang diikuti oleh berbagai kalangan tanpa melakukan diskriminasi terhadap agama tertentu karena dalam kegiatan tersebut kita tidak akan saling mengkoreksi antar agama satu sama lain tetapi saling menghormati satu sama lain.
Dari berbagai kegiatan lintas agama yang pernah saya ikuti, sekalipun saya belum pernah menemukan adanya upaya-upaya ajakan untuk berpindah agama. Meskipun kegiatan dilaksanakan di Gereja, Pura, Vihara, Klenteng bahkan masjid. Penganut dan pemuka-pemuka agama tersebut, tak nampak ada upaya-upaya kristenisasi, hinduisasi, dan lain sebagainya, bahkan pemuka Islam pun, tidak berupaya melakukan islamisasi kepada seluruh peserta dalam kegiatan tersebut.
Doa lintas agama misalnya, bukanlah kegiatan doa dengan satu cara agama tertentu, tapi berdoa sesuai dengan cara yang diyakininya masing-masing namun dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan tanpa mengklaim doa mana yang akan sampai dan diterima Tuhan. Terkadang, perkara lokasi kegiatan yang menggunakan tempat peribadatan agama lain pun juga disudutkan seolah itu upaya ajakan berpindah agama.
Sering saya berfikir apakah kekuatan iman tak lebih kuat dari krupuk yang mudah melempem? Apakah seorang hindu yang kerap mendengar lonceng gereja atau nyanyian-nyanyian pujian lantas akan berubah menjadi Kristen? Apakah seorang Kristen yang sehari mendengar adzan lima kali sehari, lantas akan menjadi mualaf?
Setipis itukah kekuatan iman agama? Menurut saya tidak. Iman tak akan goyah hanya karena mengunjungi tempat peribadatan agama lain, justeru kekuatan iman kita semakin teruji ketika Tuhan menempatkan kita di tempat yang tak banyak orang seperti kita, ketika kita harus berjuang lebih besar untuk menemukan tempat ibadah, dan ketika isyarat waktu ibadah tak mudah kita dengar seperti biasanya.
Semoga tulisan ini banyak memberi manfaat daripada mudharat, dan tentunya dapat sedikit menyentil wawasan kita bahwa kegiatan lintas agama tak lain adalah kegiatan yang memupuk rasa persaudaraan antar manusia, walaupun berbeda agama, bukan kristenisasi ataupun ajakan untuk berpindah agama lain.
Wallahu A’lam.