Kelompok Hak Asasi Manusia yang berbasis di New York, Human Right Watch mengecam pemerintah Arab Saudi terkait dengan buku pendidikan yang masih berbau intoleran dan kebencian. Buku-buku pendidikan di Arab Saudi menggambarkan dengan negatif praktek-praktek ajaran yang dilakukan oleh kaum syah dan para sufi.
Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah laporan terbarunya menyebutkan bahwa tradisi kaum Syiah dan Sufi digambarkan secara negatif dalam buku teks agama sekolah Saudi, meskipun telah diambil langkah-langkah untuk membersihkan mereka dari bahasa yang penuh kebencian dan intoleran.
“Kemajuan yang dicapai Arab Saudi pada reformasi buku tampaknya hanya menguap begitu saja,” Michael Page, wakil direktur HRW di Timur Tengah seperti dilansir laman middleeasteye.com
“Selama teks tersebut terus meremehkan keyakinan dan praktek agama kelompok minoritas, termasuk sesama warga Saudi, itu akan berkontribusi pada budaya diskriminasi yang dihadapi kelompok-kelompok ini,” tambah Page.
Dalam laporannya HRW meninjau buku teks yang diproduksi oleh Kementrian Pendidikan Saudi tahun akademik 2019-2020 dan 2020-2021. HRW menemukan bahwa dalam buku-buku ajar tersebut praktek yang terkait dengan tradisi Syiah dan sufi yang dianggap tidak Islami dan mengandung unsur kebencian.
“Teks-teks ajar tersebut dengan keras mengkritik praktek dan tradisi yang terkait erat dengan Sufi dan Islam Syiah. Bahkan syiah dianggap keluar dari Islam,” katanya. Buku teks yang diperiksa oleh kelompok hak asasi digunakan dalam pendidikan dasar, menengah dan menjadi pelajaran wajib .
Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah meminta Arab Saudi untuk mereformasi kurikulum pendidikannya dengan meninjau dan merevisi materi pendidikan dan menghilangkan semua yang menyebarkan intoleransi dan kebencian terhadap agama minoritas. Antara 2017 dan 2020, Kementrian pendidikan Saudi membuat banyak perubahan pada teks sebagai tanggapan atas kritik AS. Pada 2019, Departemen Luar Negeri AS memberikan stempel kepada Pemerintah Saudi sebagai salah satu pelanggar terburuk kebebasan beragama di dunia.
“Arab Saudi telah membuat kemajuan tetapi bukan pada mereformasi buku teks buku ajar. Namun selama referensi ajar yang meremehkan minoritas tetap ada dalam teks, maka itu akan terus memicu kontroversi dan kecaman,” ujar Page.