Fudhail mengendap-endap menuju sebuah rumah. Malam itu ia bermaksud menemui orang yang dicintainya. Rasa rindu yang berkobar membuat dirinya segera bertemu pujaan hati. Niatnya ini sudah direncanakan sejak lama. Rumah yang dituju semakin dekat. Matanya menyorot tajam melihat sekelilingnya. Kepalanya menoleh kanan dan kiri. Setelah dirasa aman Fudhail meneruskan niatnya.
Sesampainya dia mendekati rumah, sayup-sayup terdengar suara merdu. Makin dekat makin jelas suaranya. Apa yang didengar membuatnya terkejut. Ternyata si penghuni rumah sedang membaca Al Quran. Seorang perempuan dengan khusyuk melantunkan ayat-ayat suci dengan indahnya. Fudail terkesiap dan dirinya merasa tenang.”Betapa indahnya seruan itu,”ungkap Fudail. Hatinyapun bertambah tentram dan damai. Tersadarlah Fudail bahwa dirinya bergelimang kemungkaran.
Taubat. Itu yang dilakukan Fudail. Sebelumnya dikenal sebagai pencuri yang jahat, berubah seketika arah hidupnya. Kemungkaran yang menjadi gaya hidupnya berganti dengan perjalanan yang penuh dengan ketakwaan. Fudail ditundukkan oleh ayat yang dibacakan perempuain itu yang berbunyi,” Belumlah datang waktunya bagi orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat kepada Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik( Q.S. Al-Hadid:16)
Itulah sekelumit fragmen tentang kehidupan Fudail bin ‘Iyad. Dalam riwayat disebutkan bahwa perempuan yang membacakan Al Quran adalah orang yang dicintainya. Fudail dikenal sebagai seorang perampok budiman. Ia tidak pernah menyerang suatu khalifah yang didalamnya ada wanita. Fudail juga tidak merampok para pedagang kecil-kecilan dan harta musafir.
Fudail berubah menjadi seorang sufi masyhur. Tidak hanya itu ia dikenal sebagai ahli fikih dan hadis yang mumpuni. Abu Ali Fudhail bin ‘Iyad bin Mas’ud at Tamimi adalah nama lengkapnya. Ia lahir di Al Yarbui, Khurasan 105 H. Ada yang mengatakan lahir di Balkh maupun Samarkand. Pengembaraan keilmuan menuntunnya jauh hingga ke Makkah. Di kota suci ini Fudail menjadi guru dan dikenal sebagai ahli hadis. Banyak ulama besar seperti Imam Syafii dan Imam Abu Hanifah meminta pendapatnya tentang berbagai persoalan keislaman.
Titik tolak dari tasawuf Fudail adalah takut (khauf) kepada Allah. Takut baginya dalah segala-galanya. Apabila mendengar ayat-ayat al Quran hatinya menjadi ketakutan dan tubuhnya gemetar. Fudail juga membatasi percakan dan pembicaraan karena takut membawa dosa yang sumbernya dari mulut. Karena takut ini, ia sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis. “Jika Anda meminta uang, itu lebih menyenangkan daripada meriwayatkan hadis,”ungkapnya. Fudail meninggal saat shalat salat nya, di awal tahun 187 H.