Lima hari menjelang puasa saya melakukan perjalanan ke sejumlah negara Eropa. Saya tinggal di Den Haag, dan memutuskan untuk mengunjungi Berlin lewat Brussels. Ndilalah ada tiket super murah. Naik Ryan air dari Brussel ke Berlin pp cuma 18 euro. Dari Den Haag ke Brussels naik bus 7 euro. Jadi dihitung-hitung pp sekitar 32 euro. Nah ketika tiba di Berlin, saya bertemu dengan Romo (pastor) asal Flores, Indonesia, yang sudah 16 tahun memimpin jemaat di Jerman sini.
Saya panggil beliau Romo Paskalis, pastor kepala di paroki ini. Beliau bukan orang baru buat saya. Kami pernah bertemu di Amerika ketika saya mendapat beasiswa dari pemerintah Amerika dan beliau juga sedang belajar di seminari di kota kecil dimana saya ditempatkan. Waktu itu saya dan mbak Yanti Linehan sempat menghadiri acara di seminari tersebut.
Beliau sekarang kembali ke Jerman. Tapi saya sama sekali tidak tahu kalau beliau di Berlin. Setahu saya beliau di Dresden atau entah dimana. Adalah ‘adikku’ Frater Fransiskus yang menyambungkan kembali dengan Romo Paskalis. Betapa kagetnya saya ketika turun bus dari Polandia beliau sudah menunggu saya di stasiun bus 🙂
Niatnya, hari itu saya akan menginap di bandara karena pesawat saya sgt pagi. Daripada nginep di hostel mahal dan pagi kerepotan ke bandara mending nunggu pesawat di bandara kan seperti biasa? ? Tapi Romo tidak sependapat. Menurutnya terlalu risky untuk saya bermalam di sana. Lalu dengan sangat baik hati beliau meminta saya bermalam di pastoral. Melihat keraguan saya, beliau bilang, ‘jangan khawatir. ada banyak kamar untuk para tamu (guest house) dan jangan dibayangkan hanya ada pastor di situ”. Saya tersentuh. Siapalah saya ini? Mendapat penghormatan menginap di guesthouse tempat biasa uskup bermalam.
Kawasan pastoral sangat indah, teduh dan luas. Ada gereja besar dan kapel kecil yg cantik. Kamar-kamar tamu cukup banyak: bersih dan wangi dengan linen, handuk dan peralatan mandi yg rutin diganti.
“Itu ada minuman sekedarnya. Bila perlu untuk sahur jangan sungkan-sungkan. Di bawah ada dapur”.
Saya tercenung. Beliau tahu hari ini saya mulai puasa dan sebagai Muslim saya wajib menjalankannya.
Kamar para pastor ada di bawah, di lantai 1. Sedang guest house ada di lantai 3. Saya tak mau merepotkan mereka di pagi buta jadi saya menyiapkan sahur sebelum tidur.
Dengan aplikasi di hape saya mencari arah kiblat dan bersiap menjalankan tarawih. Malam ini, shalat tarawih pertama di bulan suci saya dirikan di pastoral. Allah ada di mana-mana, di setiap jengkal tanah-Nya. Kebaikan ada di mana-mana. Saudara saya di mana-mana. Sungguh, saya adalah musafir yang beruntung.
Terima kasih Pastor Paskalis, Frater Fransiskus dan Pastor Edmundus Sonny untuk persaudaraan ini.
Ok, gini dulu sharingnya ya. Selamat menjalankan ibadah puasa. Di sini imsak jam 3 pagi dan buka puasa sekitar jam 21.30 atau lebih. Panjang sekali. Bismillah. Semoga dikuatkan …..