Salah satu surat yang sering dibaca dan diwiridkan adalah surat al-Waqi’ah. Salah satu keutamaan membaca dan mewiridkan surat ini adalah menambah rezeki. Akan tetapi, apakah isi surat al-Waqi’ah berhubungan dengan rezeki atau tidak, atau justru ayat ini berbicara tentang hal lain, sebab dilihat dari nama suratnya, al-Waqi’ah berati hari kiamat.
Sebelum membahas kandungan makna surat ini, mewiridkan surat al-Waqi’ah untuk memperbanyak rezeki merujuk pada penjelasan Ibnu Katsir di dalam Tafsir Ibnu Katsir. Dalam kitab tersebut ada sebuah riwayat:
عن أبي ظبية قال: مرض عبد الله مرضه الذي توفي فيه، فعاده عثمان بن عفان فقال: ما تشتكي؟ قال: ذنوبي. قال: فما تشتهي؟ قال: رحمة ربي. قال ألا آمر لك بطبيب؟ قال: الطبيب أمرضني. قال: ألا آمر لك بعطاء؟ قال: لا حاجة لي فيه. قال: يكون لبناتك من بعدك؟ قال: أتخشى على بناتي الفقر؟ إني أمرت بناتي يقرأن كل ليلة سورة الواقعة، إني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من قرأ سورة الواقعة كل ليلة، لم تصبه فاقة أبدا
“Diriwayatkan dari Abu Dhabyah bahwa ia berkata, ‘Abdullah mengalami sakit yang kemudian menghantarkannya pada kematian. Utsman Ibn Affan kemudian menjenguknya. Ia lalu bertanya, ‘Apa yang engkau keluhkan?”
“Dosa-dosaku” Jawab Abdullah.
“Lalu apa yang engkau inginkan?” Tanya Utsman.
“Rahmat tuhanku” Jawab Abdullah.
“Apa aku perlu menyuruh dokter untukmu?”
“Dokter membuatku sakit.”
“Apa aku perlu mengumpulkan sumbangan untukmu?”
“Aku tidak butuh.”
“Bisa untuk anak-anak perempuanmu, sepeninggalmu.”
“Apa engkau khawatir anak-anak perempuanku mengalami kefakiran? Aku memerintahkan anak-anak perempuanku agar mereka membaca surat al-Waqi’ah setiap malam. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa membaca surat al-Waqi’ah setiap malam, maka ia tidak akan mengalami kesulitan selamanya.”
Berdasarkan riwayat ini, dapat dipahami, surat al-Waqi’ah dibaca untuk diberi kemudahan dalam rezeki berdasarkan sabda dari Rasulullah, bukan karena kandungan suratnya tentang rezeki.
Sekilas Tentang Surat Al-Waqi’ah
Surat al-Waqi’ah terdiri dari 96 ayat. Dalam ayat 1-3, Allah berfirman:
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ () لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ () خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ
Idza Waqa’atil Waqi’ah, laysa liwaq’atiha kadzibah, khafidhatun rafi’ah.
“Apabila terjadi hari kiamat. Tidak seorangpun dapat mendustakan kejadian itu. Kejadian itu merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).” (QS: Al-Waqi’ah ayat 1-3)
Nama surat ini diambil dari ayat pertama. Al-Waqi’ah merupakan nama dari salah satu hari kiamat. Secara bahasa, al-Waqi’ah artinya adalah sesuatu yang terjadi. Ibnu Katsir menjelaskan, kiamat dinamakan al-Waqi’ah karena nyatanya wujud dan keberadaan hari kiamat tersbeut. Ini sesuai dengan firmal Allah surat al-Haqqah ayat 15:
فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
Fa yaumaidzin waqa’atil waqi’ah
“Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat” (QS: Al-Haqqah ayat 15)
Sementara ayat kedua dan ketiga merupakan sifat dari ayat pertama. Maksudnya, ketika kiamat terjadi, tidak ada satupun orang yang bisa mendustakan kejadian itu dan mengelak darinya. Pada hari kiamat juga, akan diperlihatkan mana kelompok yang dihinakan dan mana yang dimuliakan. Kelompok yang dihinakan masuk negara, dan yang dimuliakan masuk surga. Hal ini sebagaimana disebutkan al-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain.
Sebelum kiamat, manusia mungkin masih bisa debat dan meragukan kebenaran hari kiamat. Mereka juga masih bisa saling berdebat serta mengelak, mana golongan baik dan mana golongan buruk. Tapi sebagaimana ditegaskan dalam surat ini, saat kiamat terjadi, perdebatan ini akan sirna. Dan yang sengaja mendustakannya pasti akan menerima akibatnya.