Syekh Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir memaparkan bahwa para ilmuwan ada yang memercayai kisah tentang penghuni gua yang tidur dalam waktu cukup lama, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Merekalah yang disebut-sebut Ashabul Kahfi. Ibnu ‘Asyur mengatakan demikian:
وَقَدْ عَرَفَ النَّاسُ خَبَرَهُمْ وَلَمْ يَقِفُوا عَلَى أَعْيَانِهِمْ وَلَا وَقَفُوا عَلَى رَقِيمِهِمْ، وَلِذَلِكَ اخْتَلَفُوا فِي شَأْنِهِمْ، فَمِنْهُمْ مَنْ يُثْبِتُ وُقُوعَ قِصَّتِهِمْ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْفِيهَا
Para ilmuwan mengetahui cerita tentang mereka (ashabul kahfi), namun tidak dapat menemukan bukti wujud dan kitab suci ashabul kahfi. Oleh karena itu, para ilmuwan berbeda pendapat mengenai keberadaan ashabul kahfi. Sebagian ada yang membenarkan, sebagian lain mengabaikannya.
Namun Ibnu ‘Asyur memercayai peristiwa keberadaan ashabul kahfi itu memang ada, dan ia mengutip beberapa pendapat panjang para sejarawan dan ilmuwan lainnya, di antaranya pendapat Ibnu ‘Athiyyah. Menurut Ibnu ‘Athiyyah, Ashabul Kahfi itu merupakan penduduk Absus (أبسس), suatu wilayah yang berada di Tarsus, Turki. Penduduk Absus itu orang-orang saleh dari kalangan Nasrani yang menentang keras para penyembah berhala. Ashabul Kahfi ini hidup pada masa Kaisar Dikyanus yang kejam terhadap umat Nasrani. Tak tahan atas kekejaman Dikyanus, Ashabul Kahfi pergi menuju gunung yang sulit dijangkau. Nama gunung yang terdapat gua itu Binjanus.
Menurut Ibnu ‘Asyur, cerita mengenai Ashabul Kahfi juga diklaim milik umat Yahudi. Di Tunisia juga terdapat sebuah tempat persembunyian buatan di La Marsa, Tunisia, yang dijadikan persembunyian umat Yahudi saat dikejar-kejar dan diintimidasi kekaisaran Romawi, pimpinan Kaisar Trojan. Umat Yahudi ini mengklaim diri mereka sebagai Ashabul Kahfi.
Terlepas mana yang benar, atau ada tidaknya sosok Ashabul Kahfi, menurut Ibnu ‘Asyur, ayat 9 surat al-Kahfi ini berbicara mengenai kepastian adanya hari kebangkitan setelah kematian. Kisah Ashabul Kahfi yang tidur dalam waktu cukup lama, konon 300 tahun, Kemudian dihidupkan kembali oleh Allah, itu pertanda bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang yang sudah mati untuk hidup kembali di alam lain. Cerita Ashabul Kahfi bukan satu-satunya cerita yang ajaib. Banyak keajaiban yang secara rasional terbatas manusia tak terjangkau, namun itu ada, seperti kisah Nabi Sulaiman memindahkan istana hanya dalam kedipan mata. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman:
أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا
Am hasibta anna ashabal kahfi war roqimi kanu min ayatina ‘ajaba (9)
Artinya:
“Apakah (umat) Anda (dan Ahlul Kitab) menyangka bahwa ashabul kahfi (yang memiliki) kitab suci itu termasuk tanda-tanda kami (Allah) yang mengherankan?”
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, ayat ini ingin memulai cerita mengenai ashabul kahfi dan mengingatkan orang-orang yang terlalu memikirkan dunia dan kesenangan dunia, sehingga mereka sampai tidak percaya akan adanya kebangkitan hari akhir. Padahal ada sekolompok orang saleh, yaitu ashabul kahfi, yang dihidupkan kembali oleh Allah setelah tidur yang cukup lama. Kisah ashabul kahfi hanyalah satu dari sekian kekuasaan Allah yang menakjubkan.