Allah menunda memberikan azab pada orang-orang musyrik yang mengingkari-Nya dan selalu mendustakan para rasul-Nya merupakan bentuk kasih sayang Allah di dunia. Barangkali saja mereka masih mau berusaha mencari jalan hidayah. Akan tetapi, bila azab sudah datang, siapa pun tak akan bisa menolongnya. Allah SWT berfirman:
وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ لَوْ يُؤاخِذُهُمْ بِما كَسَبُوا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذابَ بَلْ لَهُمْ مَوْعِدٌ لَنْ يَجِدُوا مِنْ دُونِهِ مَوْئِلاً
Wa robbukal ghofuru dzur rohmah. Lau yu’akhidzuhum bima kasabu la ‘ajjala lahumul ‘adzaba. Bal lahum mau‘idul lay yajidu min dunihi mau’ila
Artinya:
“Tuhanmu yang Maha Pengampun itu Pemberi Rahmat. Jika berkehendak langsung mengazab mereka sebab perbuatan yang dilakukan, Ia (Allah) pasti akan mempercepatnya. Akan tetapi, biarlah mereka mendapatkan waktu tertentu (untuk mendapat azab) yang mana tidak akan menemukan tempat berlindung selain pada-Nya.” (QS: Al-Kahfi Ayat 58)
Syekh Mutawalli al-Sya‘rawi dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa salah satu bentuk kasih sayang Allah pada orang-orang yang tidak beriman pada-Nya itu keengganan mengazab mereka secara langsung. Menunda mengazab mereka mempunyai hikmah tersendiri. Misalnya, Abu Jahal yang selalu memusuhi dakwah Nabi tidak langsung diazab. Akan tetapi, dari Abu Jahal ini lahirlah Ikrimah.
Ketika Rasulullah SAW baru memulai dakwah di Mekah, Ikrimah telah menjadi pemuda yang disegani dan memiliki status sosial yang tinggi. Ikrimah menjadi satu di antara orang yang sangat keras dalam menentang dakwah Nabi Muhammad SAW. Ikrimah masuk Islam, dan bahkan meninggal dalam peperangan melawan Romawi di Yarmuk.
Menurut Imam Ibnu ‘Athiyyah dalam al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-‘Aziz, penundaan siksaan itu bisa ditunggu sampai orang musyrik itu meninggal, atau nanti di akhirat. Artinya, bila yang bersangkutan belum bertobat sampai ia meninggal, maka azab akhirat akan menantinya. Sementara itu, imam al-Baghawi dalam Ma‘lim al-Tanzil fi Tafsiril Qur’an berpendapat bahwa penundaan itu akan dituntaskan pada hari pembangkitan dan hisab amal perbuatan.
Akan tetapi, menurut Imam al-Razi dalam al-Tafsir al-Kabir, terkadang Allah juga menunjukkan kemahakuasaan-Nya untuk “memusnahkan” orang-orang yang memusuhi dakwah Rasulullah. Hal ini terjadi pada saat perang Badar. Orang beriman yang berjumlah ratusan dapat mengalahkan musuh-musuh Nabi yang berjumlah ribuan.