Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi Al-Qur’an itu menjadi pengingat bagi orang-orang yang belum sadar maupun yang sudah sadar akan kebenaran Islam. Orang-orang yang tidak menerima kebenaran Al-Qur’an nantinya akan mendapatkan siksa di akhirat. Sementara itu, orang yang menerima kebenaran Al-Qur’an itu akan mendapatkan kenikmatan di akhirat. Mereka ini adalah mukmin yang beramal saleh. Dua ayat berikut memperingatkan orang-orang musyrik yang menganggap Allah memiliki anak.
وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا () مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
Wa yundzirol ladzina qoluttakhodzallahu walada (4) ma lahum bihi min ‘ilmiw wa la li aba’ihim. Kaburot kalimatan takhruju min afwahihim, iy yaquluna illa kadziba (5)
Artinya:
“Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mempunyai seorang anak” () Mereka dan pendahulu-pendahulu mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu. Alangkah besarnya kebohongan yang mereka lontarkan dari mulut mereka! Sesungguhnya apa yang mereka katakan itu benar-benar merupakan kebohongan yang besar.” (QS: Al-Kahfi Ayat 4-5)
Menurut Imam al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, orang Yahudi mengatakan bahwa Uzair itu putra Allah. Sementara orang Nasrani mengatakan Isa juga putra Allah. Namun dua ayat di atas secara khusus menyinggung musyrik Mekah yang menyatakan bahwa malaikat itu anak perempuan Allah.
Senada dengan al-Qurthubi, Syekh Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir menyebutkan bahwa yang dimaksud orang-orang yang menganggap Allah mempunyai anak itu adalah kelompok musyrik Mekah. Mereka menyatakan bahwa Allah itu mempunyai anak perempuan, yaitu para malaikat. Hal ini mereka lakukan karena mengikuti tradisi bapak moyang mereka yang keliru. Padahal tuduhan mereka tersebut tidak berdasar dan hanya taklid buta yang keliru.
Sementara itu, Syekh al-Sya‘rawi dalam kitab tafsirnya Tafsir al-Sya‘rawi menyatakan bahwa bualan orang-orang musyrik Mekah mengenai kepemilikan anak bagi Allah itu termasuk kemaksiatan yang paling dahsyat. Menurut Syekh al-Sya‘rawi, alam semesta merasa tidak nyaman dengan bualan tersebut. Bahkan alam semesta merasa ingin menghancurkan diri. Langit ingin terbelah, bumi akan hancur, dan gunung akan bergetar.
Mengapa penyebutan Allah memiliki anak itu dianggap sebagai dusta besar? Imam al-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib menyebutkan bahwa orang-orang musyrik Quraisy itu hanya taklid semata pada nenek-moyang mereka yang tidak dapat membuktikan kebenaran klaimnya mengenai Allah yang memiliki anak. Oleh karena itu, pengulangan penyampaian sesuatu yang tidak benar merupakan kebohongan besar.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad, sebagaimana Nabi Ibrahim, ditugaskan oleh Allah untuk mengajak orang-orang musyrik Quraisy untuk menauhidkan Allah, tidak menyembah patung-patung yang tidak memiliki kemampuan apapun. Selain itu, Nabi Muhammad memperingatkan kepada orang-orang di sekitarnya bahwa Allah itu tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Allah itu Maha Esa.