Setelah sebelumnya Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik itu akan mendapatkan siksa yang amat pedih, pada ayat ini Allah menjelaskan ganjaran untuk orang-orang yang beriman serta beramal saleh. Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلاً () أُولئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهارُ يُحَلَّوْنَ فِيها مِنْ أَساوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِياباً خُضْراً مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيها عَلَى الْأَرائِكِ نِعْمَ الثَّوابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقاً
Innalladzina amanu wa ‘amilus sholihati inna la nudhi‘u ajro man ahsana ‘amala () ula’ika lahum jannatu ‘adnin tajri min tahthimul anharu yuhallauna fiha min asawiro min dzahabiw wa yalbasun tsiyaban khudhrom min sundusiw wa istabraqim muttaki’ina fiha ‘alal aroik. Ni‘mats tsawab. Wa hasunat murtafaqo
Artinya:
“Orang-orang mukmin dan beramal saleh itu Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala mereka yang telah dikerjakan dengan baik (30) Mereka itu akan mendapatkan surga ‘Adn yang di bawahnya terdapat aliran sungai, dihiasi dengan gelang emas, memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal sambil duduk bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah (QS: Al-Kahfi ayat 30-31)
Syekh Mutawalli al-Sya‘rawi menyampaikan dalam kitab tafsirnya, penggandengan iman (alladzina amanu) dengan amal saleh (wa ‘amilus sholihat) itu lumrah digunakan Al-Qur’an. Hal ini, menurutnya, iman itu akan melahirkan prilaku. Tidak mungkin perilaku kebaikan itu dilakukan tanpa ada keimanan. Syekh al-Sya‘rawi mencontohkan keimanan para sahabat Rasulullah yang menanggung beban berat misi dakwah yang dibawa Rasulullah, sementara mereka seringkali mendapat perlakuan buruk dari orang-orang yang tidak beriman.
Pada kalimat berikutnya, inna la nudhi‘u ajro man ahsana ‘amala, Allah tidak membatasi pada orang mukmin atau orang kafir saja. Semua orang yang bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam menghasilkan kebutuhan duniawinya itu akan Allah penuhi, mukmin ataupun tidak. Namun bagi orang yang tidak beriman, mereka tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat kelak. Ini berbeda dengan orang mukmin yang juga beramal saleh. Mereka akan mendapatkan kenikmatan, seperti ditempatkan di surga, dihiasi gelang emas, memakai pakaian hijau, dan kenikmatan lainnya.
Terkait pakaian hijau dikategorikan sebagai nikmat di surga, imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya al-Jami‘ li Ahkamil Qur’an menjelaskan bahwa warna hijau itu lebih menenangkan penglihatan. Sementara warna putih atau hitam itu tidak baik di mata. Selain itu, Ibnu ‘Asyur dalam tafsir al-Tahrir wat Tanwir menyebutkan bahwa warna hijau itu identik dengan warna kerjaan.
Sementara itu, Ibnu ‘Asyur menjelaskan mengapa yang disebut dalam ayat ini penggunaan perhiasan terlebih dahulu daripada pakaian. Menurutnya, ini karena Al-Qur’an sedang menjelaskan tentang karakteristik surga, bukan penghuni surga. Hal ini berbeda dengan surat al-Insan ayat 21 di mana di situ yang dijelaskan terlebih dahulu adalah pakaian penghuni surga. Hal ini karena dalam ayat tersebut dititikberatkan pada pembahasan penghuni surga, bukan karakteristika surga.