Pada umumnya, jasad yang sudah bersentuhan dengan tanah dalam waktu yang begitu lama itu akan rusak. Namun, hal ini tidak terjadi pada Ashabul Kahfi. Allah SWT menjaga jasad Ashabul Kahfi yang tertidur cukup lama di dalam gua dengan kekuasaan dan sebab-sebab ilmiah. Allah SWT berfirman:
وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا
Wa tahsabuhum ayqozhow wa hum ruqud wa nuqollibuhum dzatal yamini wa dzatas syimal. Wa kalbuhum basithun dziro‘aihi bil washid. Lawitthala‘ta ‘alaihim lawallaita mihum firorow wa lamuli’ta minhum ru‘ba
Artinya:
“Kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (QS: Al-Kahfi Ayat 18)
Dalam ayat di atas, Allah menyebutkan empat cara-Nya menjaga Ashabul Kahfi yang tertidur dalam gua. Menurut Syekh al-Sya‘rawi, cara pertama adalah Allah membiarkan mata Ashabul Kahfi seperti halnya orang yang tidak tidur. Mereka tidur, tapi mata tidak tertutup. Kedua, saat mereka berbaring, Allah memindah-mindah posisi tidur mereka ke kanan dan ke kiri. Hal ini bertujuan agar mereka tidak rusak karena pengaruh tanah. Menurut Syekh al-Sya‘rawi, orang hidup yang mengalami sakit berkepanjangan dalam posisi tidur yang tidak berubah-ubah itu akan mengalami bedsores, atau dalam bahasa Arab disebut qurhatul firasy. Orang yang mengalami bedsores ini akan mengalami kerusakan kulit akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, sebagaimana disebutkan dalam Sci.or.id. http://sci.or.id/penyebab-ulkus-dekubitus-bedsores/ Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’anil ‘Azhim, mereka diubah posisinya ke kanan dan ke kiri setahun itu dua kali.
Ketiga, jasad Ashabul Kahfi yang sedang tertidur itu dijaga oleh seekor anjing. Menurut Ibnu Katsir sebagaimana mengutip riwayat Ibnu Asakir, nama anjing Ashabul Kahfi itu Qithmir. Anjing ini merupakan anjing pemburu milik salah satu anggota Ashabul Kahfi. Thahir bin ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir menyebutkan bahwa pada akhirnya anjing ini mati dan tidak ikut lagi bersama Ashabul Kahfi saat mereka sudah dibangunkan oleh Allah.
Keempat, Allah memberikan rasa takut pada siapa pun yang memasuki gua dan melihat Ashabul Kahfi. Ini agar tidak ada satu orang pun yang berani menyentuh dan menyakiti Ashabul Kahfi dalam peristirahatannya. Terkait hal poin keempat ini, Thahir bin ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir menafsirkan demikian, “Jika kamu menyaksikan mereka (Ashabul Kahfi di dalam gua) sementara kamu belum pernah mengetahui kisah mereka, pasti kamu akan menyangka mereka itu adalah para pembegal, karena mereka berada di dalam gua dalam jumlah banyak orang. Sementara biasanya gua itu tempat mengintai bagi para pembegal.”