Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah menjelaskan tentang hakikat tawassul.
Pertama, Tawassul merupakan salah satu cara untuk Berdoa serta juga sebagai media untuk menuju Allah SWT dan tujuan utamanya adalah Allah bukan yang lainnya.
Kedua, orang yang melakukan tawassul membuktikan cintanya kepada Allah dengan mencintai para kekasih-Nya.
Ketiga, orang yang bertawassul kepada seseorang tak meyakini ia mampu memberi manfaat atau mudharat, tetapi Allah yang memberikan segalanya.
Para Nabi terdahulu juga bertawassul, misalnya Nabi Adam Bertawassul kepada Nabi Muhammad sebelum beliau diutus ke bumi ini.
Nabi terdahulu juga Bertawassul, misalnya Nabi Adam Bertawassul kepada Nabi Muhammad sebelum beliau diutus ke dunia ini.
Umat Yahudi juga Bertawassul kepada Nabi akhir zaman yang bersifat Ummi (tak mampu membaca dan menulis) yaitu Nabi Muhammad SAW.
Hal ini seperti dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 89 yang berbunyi:
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُم مَّا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ ۚ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Artinya:
“Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar.”
Menurut Imam Thabari dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil, orang Yahudi mengingkari kebenarannya Al-Qur’an.
Menurut Imam ar-Razi dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan tentang orang-orang Yahudi sebelum Nabi Muhammad diutus dan turunnya Al-Qur’an, mereka meminta pertolongan agar diberikan kemenangan dengan berdoa memakai tawassul kepada Nabi yang berbunyi:
اللهم افتح علينا وانصرنا بالنبي الأمي
Artinya:
Ya Allah berikanlah kemenangan untuk kami, dan tolonglah kami dengan berkahnya Nabi Yang Ummi yaitu Nabi Muhammad.
Ayat ini memberi gambaran kepada kita bahwa Umat terdahulu juga melakukan tawassul kepada Nabi Muhammad sebelum beliau diutus ke dunia ini. Sayangnya sebagian orang Islam ada yang menyalahkan orang yang Bertawassul kepada Nabi dengan dalih itu perbuatan musyrik, yang menjadi pertanyaan adalah dimana letak kemusrikannya? Toh kita tak menganggap Nabi Muhammad sebagai Tuhan, Namun kita mencintai orang yang paling disayang oleh Allah. Kecintaan kita kepada Nabi sebagai sarana untuk menuju Allah dengan mengikuti prilakunya sebatas kemampuan kita. Hal itu sebagai sebuah perintah Agama.