Raudlatul ‘Irfan fi Ma’rifah al-Qur’an adalah salah satu karya Tafsir Nusantara yang lahir dari rahim pesantren dan ditulis oleh orang pesantren. Beliau adalah Kiai Haji Ahmad Sanusi Sukabumi.
Selain karya ini, beliau juga menulis tafsir Tafrij Qulub al-Mu’minin Tafsir Surah Yasiin. Kedua tafsir ini ditulis dengan aksara Pegon Sunda. Selain kedua karya ini beliau juga menulis tafsir Tamsyiah al-Muslimin dengan aksara Latin dan bahasa Indonesia. Karya yang terakhir ini ditulis dan terbitkan secara serial, mirip majalah. Edisi pertama terbit pada tahun 1934.
Dalam tafsir Tamsyiah al-Muslimin, beliau mengelaborasi ayat-ayat Alquran secara komprehensif, baik dari sisi makna kata hingga soal pemahaman hukum serta diskusi ulama fiqh.
Satu hal yang unik dalam Tamsyiah ini Beliau juga melakukan transliterasi ayat ayat Alquran ke dalam aksara Latin. Satu usaha yang langka terjadi di kalangan ulama pesantren pada masa itu. Gara gara usahanya ini beliau pernah dikafirkan oleh sebagian ulama di Jawa Barat. Dan kemudian digelarlah halaqah di pesantren beliau membahas kasus tersebut dengan mengundang para kiai, khususnya yang mengkafirkannya tersebut. Tapi sampai akhir acara, mereka yang melemparkan tuduhan itu tak mampu memberikan dalil yang kuat atas klaim kafir tersebut.
Selain berkiprah di dunia pesantren, beliau juga aktif di dunia politik. Misalnya, pernah aktif di Peta dan BPUPKI. Bersama Ayahanda Gus Dur, beliau berperan merumuskan negara kita ini. Beliau juga berteman dengan Kartosuwiryo, namun berpisah jalan, ketika merumuskan NKRI ini.
Tabik.
Komojoyo, 03 Mei 2016.