Syaikhah Rahmah el-Yunusiyah, Ulama Perempuan yang Layak Jadi Pahlawan Nasional

Syaikhah Rahmah el-Yunusiyah, Ulama Perempuan yang Layak Jadi Pahlawan Nasional

Ia sosok ulama perempuan yang jarang dikenal, namnya Rahmah el Yunusiyah

Syaikhah Rahmah el-Yunusiyah, Ulama Perempuan yang Layak Jadi Pahlawan Nasional

Syaikhah adalah gelar yang diperoleh oleh Rangkayo Rahmah El-Yunusiyyah dari Universitas Al Azhar, Mesir karena kkiprahnya mendesain kurikulum sekolah khusus perempuan yang ia dirikan. Konon, madrasah Diniyyah Putri Padang Panjang, menginspirasi Al Azhar bahwa pendidikan perempuan modern juga hal penting untuk peradaban hingga akhirnya Al Azhar mendirikan juga sekolah perempuan. Rangkayo Rahmah, hingga hari ini belum mendapat gelar kepahlawanan, dan saya sangat berharap Presiden Jokowi mewujudkan hal tersebut.

Beberapa kali saya gusar, karena beredarnya potret Rangkayo Rahmah di media sosial maupun siaran pesan instan WA, justru tidak sesuai dengan semangat yang ia nyalakan.

Potret Syaikhah yang sering dipromosikan adalah potret Syaikhah dalam kain menutup tubuh semacam mukena, seperti yang tampak pada potret di sudut kanan. Potret itu kemudian digunakan untuk menjustifikasi satu-satunya model jilbab syar’i, dengan dua semangat melenceng.

Pertama, semangat politik identitas untuk tujuan klaim kebenaran komunitas atau bahkan pedagang jilbab syar’i. Sebuah broadcast yang memuat potret Syaikhah mengarahkan lebih kepada Arabisasi pakaian -dengan judul inilah sejarah jilbab asli Indonesia yang sesungguhnya- , dibanding pakaian syariat kesopanan perempuan. Kedua, adalah semangat mendomestifikasi dan semangat penundukan perempuan, setelah menunjukkan bentuk pakaian yang serba tertutup itu. Nilai Syaikhah diringkus pada pakaian saja, menghilangkan pemikiran dan aktivitasnya yang jauh lebih besar.

Satu potret tentu saja tak cukup untuk menjelaskan sebuah situasi apalagi sebagai bukti peristiwa sejarah. Potret Syaikhah yang sebetulnya tentu saja ada banyak. Dalam kehidupan sehari-hari, Rangkayo Rahmah juga berkebaya dan memakai kain kerudung santun yang ia lingkar di kepala.

Ketika mengajar di madrasah, Rangkayo Rahmah memakai baju kurung sederhana dan kerudung lebih tertutup. Dalam potret lain, Syaikhah mengenakan kerudung renda putih khas Nusantara dan baju kurung khas Minang berbentuk jas yang sangat trendi dan terhormat ketika bertemu Syaikh Al Azhar dan pada acara-acara formal lainnya. Hal yang menunjukkan bahwa sifat pakaian sangat situasional dan terkait dengan budaya setempat.

Semangat sesungguhnya dari Rangkayo Rahmah adalah semangat keulamaan perempuan yang berpikir seutuhnya soal eksistensi kemanusiaan perempuan. Syaikhah bercerai kepada suaminya karena menolak dipoligami. Syaikhah adalah seorang bidan, seorang social engineer, seorang aktivis organisasi lintas pergerakan, sekaligus punya kiprah di laskar hizbullah hingga hizbul wathan. Syaikhah adalah perempuan yang mengibarkan bendera merah putih tinggi-tinggi bahkan sebelum proklamasi diumumkan di radio-radio.

Syaikhah menolak bantuan kolonial Belanda untuk sekolah yang ia bangun karena tidak mau kurikulumnya diatur-atur. Syaikhah bahkan menolak tawaran Buya Hamka agar diniyyah puteri bergabung saja dengan sekolah rintisan Muhammadiyah, sekali lagi karena Syaikhah memiliki misinya sendiri soal sekolah perempuan.

Jika ulama konservatif hanya mendefinisikan ilmu yang wajib dipelajari seorang perempuan hanya sebatas akidah dan fikih Ibadah, Syaikhah berpandangan bahwa penting bagi seorang perempuan untuk paham ilmu jiwa, ilmu kesehatan, ilmu kriminologi, ilmu sosiologi dan ilmu politik.

Mengapa? Tentu karena pengalaman Syaikhah sebagai perempuan sejak zaman kolonial, zaman Jepang hingga zaman Soekarno membentuk seutuhnya kedirian dan martabat nilai kemanusiaan perempuan yang ia yakini. Syaikhah terkenal banyak berseberangan dengan kebijakan-kebijakan Soekarno.

Selain itu, pandangan keulamaan perempuan ala Syaikhah pun semakin menarik sebab berkaitan dengan adat matriarki Minang yang ia alami secara otentik. Adat perempuan yang mewarisi Pusako dalam rumah tangga, diartikan Syaikhah bahwa perempuan harus mampu mewarisi pusako itu dengan siap dan untuk kepentingan kemanusiaan. Bukan semata-mata pandangan sempit sebagian orang bahwa perempuan terkait dengan materi dan ujung-ujungnya adalah mendomestifikasi perempuan.

Syaikhah Rahmah El Yunusiyyah adalah ulama perempuan yang sangat menyejarah. Warisan yang ia tinggalkan abadi sepanjang zaman. Warisan yang ia tinggalkan, sesungguhnya juga adalah mengambil Islam dengan nilai-nilai kemajuan yang berani mendobrak kejumudan berpikir dan sangat peduli pada pengalaman perempuan.