Survei: Ceramah Ustadz Abdul Somad dan Gus Baha Paling Banyak Didengar Publik Selama Ramadhan 2020

Survei: Ceramah Ustadz Abdul Somad dan Gus Baha Paling Banyak Didengar Publik Selama Ramadhan 2020

Pengajian online makin semarak di bulan Ramadhan. Ustadz Abdul Somad dan Gus Baha’ menjadi tokoh yang paling banyak diikuti menurut survei Alvara.

Survei: Ceramah Ustadz Abdul Somad dan Gus Baha Paling Banyak Didengar Publik Selama Ramadhan 2020

Lembaga survei Alvara Research Center merilis hasil survei terbarunya bertajuk Ramadhan dan Pandemi Covid-19: Semangat Ibadah Tak Surut, Konsumsi Tersendat pada Sabtu, 23 Mei 2020. Survei publik ini memotret kebiasaan dan perilaku masyarakat Muslim Indonesia yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan tahun 2020 dengan cara berbeda akibat mewabahnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Dari survei tersebut, nama Ustadz Abdul Somad dan KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjadi nama ulama yang ceramahnya paling banyak diikuti oleh publik selama Ramadhan tahun ini.

Survei ini melibatkan 701 responden dari seluruh Indonesia, dari berbagai latar belakang kelas sosial ekonomi dan usia. Pelaksanaan survei ini berlangsung selama 2 minggu, yakni pada tanggal 9-15 Mei 2020.

Pandemi Covid-19 sangat memengaruhi aktivitas ibadah di bulan ramadhan. Bulan Ramadhan yang biasanya ramai dengan ibadah bersifat komunal, tahun ini terasa lebih sepi. Baik sebab himbauan dari pemerintah berupa pembatasan sosial, atau inisiatif masing-masing Muslim sebagai tindakan preventif atas pandemic dengan berkegiatan di rumah saja.

Dengan berkurangnya intensitas kegiatan pengajian yang melibatkan kerumunan orang banyak menyebabkan maraknya masyarakat beralih ke pengajian online untuk memenuhi asupan rohani selama bulan Ramadhan.

Tercatat sebanyak 79,6% responden survei menyatakan mereka tetap mendengarkan ceramah agama selama mengisolasi diri di rumah, sebagai ganti kegiatan pengajian di masjid.

Adapun 30% responden mendengarkan ceramah agama di waktu sahur, subuh sampai pukul 6 pagi. Kemudian sebanyak 25% responden mendengarkan ceramah agama pada pukul 17-18 sore, sebagai pengisi waktu senggang sambil menunggu berbuka.  Kemudian sebanyak 15% responden menyimak pengajian pada waktu setelah tarawih, tepatnya pada sekitar pukul 20-21 malam.

Tayangan di televisi rupanya masih merajai saluran informasi selama bulan Ramadhan. Dalam kuisioner multirespon survei tersebut, diperoleh data sebanyak 54% responden menyimak pengajian lewat tayangan yang disiarkan stasiun televisi. Kemudian sebanyak 53,3% responden menyatakan mengikuti pengajian online via platform YouTube. Adapun untuk konten pengajian online melalui tayangan Live streaming masih sedikit, yakni di angka 18%.

Dari tayangan pengajian tersebut, nama Ustadz Abdul Somad dan Gus Baha merupakan figur penceramah yang pengajiannya paling banyak didengar oleh responden. Sebanyak 18,6% responden mendengar ceramah dari Ustadz Abdul Shomad, kemudian diikuti oleh KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha’) yang diikuti oleh 15,7% responden. Figur penceramah terpopuler selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh KH. Mustofa Bisri (Gus Mus, 8,3%), Abdullah Gymnastiar (Aa Gym, 5,3%) dan Prof. Quraish Shihab serta Ustadz Adi Hidayat, Lc. (masing-masing diikuti oleh 4,9% responden).

Tema pengajian yang paling banyak diikuti oleh responden adalah seputar amal ibadah di bulan Ramadhan dan praktik Fiqih kehidupan sehari-hari. Masing-masing menjadi tema yang diikuti oleh 51,7% dan 50% responden survei. Sementara untuk tema-tema seperti Ilmu Aqidah, Ilmu Tauhid dan Ilmu Tasawuf praktis menjadi tema yang tidak banyak diikuti oleh responden dalam pengajian online di bulan Ramadhan tahun ini.

Temuan survei Alvara Research tersebut setidaknya memberi gambaran, bahwa konten internet menjadi referensi masyarakat Muslim dalam mencari rujukan seputar amaliah praktis dan fiqih keseharian. Sehingga yang banyak dicari selama Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 ini adalah panduan praktis amaliah dan ibadah yang bisa langsung dipraktikkan.

Rendahnya minat para responden terhadap tema-tema Tasawuf, Tauhid dan Aqidah, menjadi temuan yang saya kira cukup menarik. Pasalnya tema-tema ini dikenal sebagai “mata pelajaran” agama yang panjang, bertahap dan membutuhkan waktu cukup banyak dalam mempelajarinya. Selain itu, temuan ini menunjukkan bahwa semangat dalam mempraktikkan agama tetap besar bagi kalangan Muslim yang “melek” teknologi digital, namun masih sebatas pada konten ibadah yang praktis. Belum sampai pada subjek dan “mata pelajaran” yang sifatnya mendalam.