Sudan merupakan sebuah negara yang memiliki jumlah populasi muslim hampir 97% (sebelum Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan Utara), termasuk sejumlah kelompok Arab dan kelompok non-Arab. Sisanya 3% adalah mereka para pemeluk Kristen dan agama tradisional Animisme.
Negara yang merupakan bekas jajahan Inggris dan Mesir ini, merupakan sebuah negara yang mempunyai riwayat konflik antar suku yang begitu panjang. 1 Januari adalah hari kemerdekaan Sudan, yang didapat dari Inggris dan Mesir pada tahun 1956 M.
Sebelum Sudan Selatan menyatakan untuk berpisah dengan Sudan Utara pada Juli 2011, Sudan adalah Negera terluas di Afrika dan daerah Arab. Pasca pisahnya Sudan Selatan, Sudan berada di urutan ketiga sebagai negara terbesar di Afrika setelah Aljazair dan Kongo. Terlepas dari berbagai konflik dan embargo ekonomi yang bertahun-tahun lamanya. Sudan yang masih masuk dalam kawasan Timur Tengah, tidak bisa dikesampingkan begitu saja dari dunia islam. Walaupun khazanah keislamannya tidak semewah Mesir dan negara-negara Timur Tengah lainnya.
Sudan adalah negara yang unik, karena mempertemukan dua kebudayaan, yaitu Arab dan Afrika. Sudan dalam dunia Internasional terkenal dengan bahasa Arabnya yang fusha (bahasa Arab yang sesuai dengan Al-Qur’an, sesuai dengan gramatikal bahasa Arab, bukan bahasa Arab kasar yang sulit dipahami). Dan beberapa tahun terakhir, Sudan menjadi destinasi Mahasiswa Internasional untuk melanjutkan perjalanannya dalam menuntut ilmu, tidak terkecuali Mahasiswa dari Indonesia.
Walaupun Sudan memiliki cuaca yang ekstrim, karena hanya ada musim panas yang suhunya bisa sampe 45 derajat lebih dan musim dingin. Namun tidak menyurutkan minat para pelajar internasional untuk melanjutkan studinya ke negara Sudan. Mereka ingin menikmati rasanya belajar bahasa Arab fusha, yang digunakan sehari-hari dalam berbagai hal. Tanpa harus datang ke acara-acara yang bersifat formal.
Bahasa Arab fusha yang merupakan bahasa Al-Qur’an, selain sebagai bahasa yang digunakan untuk forum-forum resmi, seperti seminar, juga merupakan bahasa yang digunakan untuk melahirkan karya-karya ilmiah dan pemikiran, serta pemersatu bangsa Arab. Karena pada kenyataannya, setiap negera Arab mempunyai logat atau cara pengucapan antara satu negara dengan negara lainnya.
Sejarah penggunaan bahasa Arab di Sudan pada dasarnya di awali ketika Dinasti Funj berkuasa setelah sukses mengalahkan kerajaan Kristen Alwa pada tahun 1504 M. Dinasti Funj berkuasa di Sudan bagian Utara dan berbatasan langsung dengan Masyarakat Arab-Muslim. Dalam perkembangannya, kemudian Dinasti Funj mengadakan hubungan perdagangan dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa bangsa mereka.
Dari sinilah bahasa Arab menjadi bahasa persatuan, bahkan dokumen-dokumen negara pun berbahasa Arab. Kekuasaan Dinasti Funj mengakibatkan banyaknya para elit negara dan pedagang masuk Islam, serta mengakibatkan adanya migrasi orang-orang suci muslim ke wilayah Sudan ini.
Kesuksesan Dinasti Funj ini menarik minat ulama-ulama dari negeri tetangga seperti Mesir, Saudi Arabia, Yaman, untuk migrasi ke Sudan. Maka ketika berkunjung ke Sudan, jangan heran kalau di Sudan juga ada yang berkulit putih, bukan hanya kulit hitam yang merupakan ciri khas Sudan. Itu semua karena hasil perkawinan silang yang mempertemukan antara Arab dan Afrika.
Migrasi ulama-ulama dari negeri tetangga, yang merupakan ahli dalam berbagai bidang seperti fikih, hadis, qira’ah al-Qur’an, kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan untuk mengajarkan Al-Quran, teologi, tasawuf dan lain sebagainya kepada para pemuda sejak dini. Dari sinilah pengembangan dan penjagaan terhadap bahasa Arab fusha semakin kuat.
Sudan sebagai negara yang mempertemukan dua tradisi antara Arab dan Afrika, mempunyai peran besar dalam menjaga keotentikan bahasa Arab fusha agar tidak terkontaminasi dengan logat lokal.
Adanya tempat khalwah Al-Qur’an (Pondok Tahfidz Al-Qur’an ala Sudan) di berbagai wilayah yang ada di Sudan yang menggunakan metode menulis ayat Al-Qur’an di atas papan dan juga menghafal langsung, secara tidak langsung membantu untuk menjaga kemurnian bahasa Arab yang ada di Sudan.
Penggunaan terhadap bahasa Arab fusha bukan hanya di kampus, yang menjadikannya sebagai pengantar kuliah, tetapi di pasar, terminal, kebun, supermarket dan tempat-tempat birokrasi yang ada di Sudan juga menggunakan bahasa Arab fusha dalam pelayanannya, khususnya kepada orang-orang asing.
Hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri untuk belajar bahasa Arab fusha ke negeri Sudan. Belum lagi asrama mahasiswa, yang menjadikan kita selalu wajib untuk berbahasa Arab fusha setiap hari.
Selain itu, orang-orang Sudan, yang kemudian disebut Sudanis, ketika berdialektika dengan pendatang atau orang asing, mereka tetap menggunakan bahasa Arab fusha, walaupun di pelosok desa sekalipun.
Inilah yang menjadikan Sudan istimewa, karena ketika kita berdialog dengan orang awam, mereka akan menggunakan bahasa fusha, yang menurut mereka sebagai bahasa yang santun bagi para pendatang di bumi Sudan. Dari sinilah Sudan menjadi terkenal, dengan pembelajaran bahasa Arabnya yang fusha.
Kultur Sosial Budaya di Sudan tidak jauh berbeda dengan Indonesia, karena mayoritas penduduk Sudan adalah penganut sufi yang bermadzhab Maliki. Dalam beribadahpun lebih luwes dibanding dengan madzhab syafi’i yang lumayan ketat. Walaupun di ibu kota Khartoum, mulai banyak aliran-aliran puritanisme, Sudan tetap menjadi negara mayoritas para penganut sufi, sehingga negara ini mempunyai julukan sebagai “Negara Seribu Darwish”.
Dalam enam tahun terakhir ini, Sudan mulai menjadi destinasi baru para pelajar internasional untuk melanjutkan studinya. Karena selain keistimewaan Sudan tentang penggunaan bahasa Arab fusha. Negara ini juga relatif aman dan jauh dari konflik, dibanding dengan negara-negara lain yang ada di Timur-Tengah.
Akhir-akhir ini mulai banyak lembaga-lembaga pendidikan, khususnya dari Indonesia, yang menjalin kerja sama dengan kampus-kampus yang ada di Sudan. Beberapa kampus besar yang menjadi tujuan mahasiswa internasional, tak terkecuali Indonesia, adalah IUA (International University of Africa), KIIFAL (Khartoum International Institute of Arabic Language), Al-Qur’an University and Islamic Science, Omdurman Islamic University, dan Al-Jazeera University.