Secara umum, Nabi Muhammad SAW merupakan seorang rasul, namun hal ini tidak menafikan sisi lain yang ada pada Nabi Muhammad SAW yakni sisi kemanusiaan (basyariyah). Sisi basyariyah atau sifat manusiawi Rasulullah SAW ini berbentuk sebuah kepribadian atau karakter dan kebiasaan manusia pada umumnya, dan biasanya melekat pada pribadi Nabi itu sendiri.
Beliau juga memiliki sifat malu dan tenggang rasa, dermawan dan kasih sayang terhadap sesama, beliau juga orang yang setia dan tahu balas budi. Muhammad juga memiliki sifat sabar dan pemaaf, dan satu perkara yang mungkin setiap manusia juga memilikinya ialah selera humor.
Dikisahkan, suatu hari ada seseorang yang ingin naik onta beliau. Kemudian beliau menjanjikan akan dinaikan di atas anak onta. Orang tersebut bertanya dengan keheranan: “ Ya Rasulullah, mengapa aku dinaikan di anak onta?” kemudian ucapnya, ”bukankah anak onta itu onta juga?” Jawab beliau tersenyum.
Di antara konsekuensi dari sifat kemanusiaan Muhammad SAW adalah ia melakukan pekerjaan-pekerjaan dan aktifitas yang dilakukan oleh manusia pada umumnya yang bersifat amaliyah. Seperti sifat Jibillatul Basyariyah Amaliyah yang merupakan sifat lahiriyah atau suatu perkara yang dilakukan Muhammad yang bersifat kemanusiaan dan berasal dari tabiat kemanusiaanya yang tampak dan bisa dilihat secara kasat mata.
Perbuatan dan kebutuhan Muhammad yang bersifat kemanusiaan antara lain makan dan minum, buang air besar dan kecil, rumah, pakaian, berjalan, duduk, tidur dan menikah. Sama persis sebagaimana orang melakukannya setiap saat.
Ada pula sifat jibillatul basyariyah Muhammad yang sifatnya berupa profesi pekerjaan, seperti pada masa kecil Muhammad ia adalah seorang penggembala domba. Dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Kitab Fathul Bari, Nabi memelihara kambing untuk latihan tawadhu’(rendah hati), agar hatinya terbiasa mudah mengatur suatu urusan, dan meningkat dari mengatur kambing kepada mengatur umat.
Nabi juga pada masa mudanya berprofesi sebagai pedagang dan juga ketika setelah ia menikah Nabi berprofesi menjadi suami dan menjadi ayah setelah ia memiliki anak.
Sementara sifat Jibillatul basyariyah jasadiyah merupakan keterangan dalam bentuk fisik mengenai anggota tubuh Muhammad SAW yang dapat dilihat secara kasat mata, dan merupakan bagian atau organ umum dari seorang manusia. Seperti dalam bentuk fisiknya Nabi Muhammad memiliki bentuk bahu yang bidang, rambutnya panjang mencapai cuping telinga dan berombak. Muhammad memiliki wajah yang bulat, ukuran kepalanya besar dan matanya hitam, dahinya lebar dan alisnya tebal dan panjang.
Muhammad juga memiliki hidung yang mancung dan berjenggot lebat. Mulutnya lebar, kulit pipinya halus, giginya putih dan agak renggang. Ia juga memiliki perut dan dada rata dengan dada yang bidang dan juga bahunya, berlengan panjang dan juga jari-jarinya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, memiliki kulit yang putih, telapak kaki yang besar dan jalanya cepat.
Selain itu, ada sisi basyariyah dalam bentuk sikap, yang merupakan ekspresi atau sebagai hubungan kausalitas terhadap suatu perkara, sifatnya tidak tampak atau tersembunyi tetapi masih dalam konteks sisi-sisi kemanusiaan Muhammad, seperti lupa, marah, acuh, takut, sedih dan sakit, cinta dan benci, suka dan duka, tawa dan kecewa.
Sisi basyariyah ada yang sifatnya berupa potensi kemanusiaan ataupun berupa pengetahuan dan eksperimen Muhammad yang masih dalam konteks manusia. Seperti resep obat-obatan, konsep industri dan perdagangan, strategi perang, kepemerintahan, dan pertanian.
Dalam hal pertanian terdapat riwayat yang menunjukan bahwa Muhammad adalah seorang manusia yang juga mempunyai sifat salah atau lupa. Ini terdapat pada pernyataan Muhammad seputar penyerbukan kurma, antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Diceritakan suatu ketika Nabi lewat dihadapan para petani yang sedang mengawinkan serbuk (kurma pejantan) ke putik (kurma betina), lalu Nabi mengatakan, “Sekiranya kalian tidak melakukan itu maka kurmamu akan baik.”
Mendengar komentar itu, para petani tidak lagi mengawinkan kurma mereka. Beberapa waktu kemudian Nabi kembali lagi lewat lagi tempat tersebut dan menegur mereka, “mengapa pohon kurmamu itu?” Para petani menjelaskan bahwa pohon kurma mereka tidak baik (disebabkan mereka tidak melakukan penyerbukan lagi, karena ucapan Nabi sebelumnya dianggap sebagai larangan yang harus dipatuhi).
Mendengar keterangan tersebut Nabi mengatakan, “Aku adalah menusia, apabila aku perintahkan kalian sesuatu mengenai agamamu maka ambillah, dan bila aku perintahkan kalian sesuatu dari pendapatku, maka aku hanyalah manusia.” Dalam riwayat lain Imam Muslim mengatakan, “Kalian lebih mengerti urusan dunia kalian”.
Dari penjelasan di atas mengenai pembagian jibillatul basyariyah Muhammad, ada satu hal yang merupakan bagian dari sisi-sisi basyariyah Muhammad. Sisi basyariyah tersebut ialah berbentuk status atau predikat. Seperti Muhammad ialah seorang manusia berkebangsaan Arab, yang tinggal di lingkungan masyarakat Arab dan budaya Arab.
Muhammad juga menyandang status sosial sebagai anak yatim ketika masih kecil, hal ini dikarenakan ayah beliau yakni Sayyid ‘Abdullah telah wafat ketika Muhammad masih dalam kandungan ibunya yakni Aminah binti Wahab.
Dari keseluruhan keterangan di atas mengenai jibillatul basyariyah Muhammad, baik yang berbentuk shifatiyah, amaliyah, jasadiyah maupun dalam bentuk sikap, yang kesemuanya merupakan konsekwensi kemanusiaan Nabi yang sifatnya alami atau tabiat kemanusiaan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara umum keberadaan Nabi Muhammad di bumi ini berstatus sebagai manusia yang secara wujudnya sama dengan manusia pada umumnya, walaupun dalam hal derajat di sisi Allah SWT, beliau adalah seorang utusan-Nya yang mulia.
Wallahu a’lam.