Bulan Syawal adalah bulan peningkatan bagi hamba yang ingin berlomba-lomba untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Sang Pencipta. Berbagai amalan dapat dilakukan di bulan ini seperti shalat Idulfitri, iktikaf, silaturahmi, sedekah, dan menikah.
Shalat yang disunnahkan hanya pada bulan Syawal adalah shalat sunnah Idulfitri. Salat yang dilakukan 2 rakaat pada tanggal 1 Syawal. Salat ini berlaku pada setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan yang dalam keadaan mukim. Dalil dari hal ini adalah hadis dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata:
أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- – أَنْ نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat Id (Idulfitri ataupun Iduladha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haid. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haid untuk menjauhi tempat salat.”
Iktikaf di bulan Syawal tetap disunahkan, walaupun telah melewati bulan mulia Ramadan. Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tujuan disyariatkannya iktikaf adalah agar hati terfokus kepada Allah saja, terputus dari berbagai kesibukan kepada selain-Nya, sehingga yang mendominasi hati hanyalah cinta kepada Allah, berzikir kepada-Nya, semangat menggapai kemuliaan ukhrawi dan ketenangan hati sepenuhnya hanya bersama Allah Swt.
Selanjutnya adalah menyambung silaturahmi. Momen saling berkunjung dan memaafkan ini adalah cirri khas di bulan Syawal, di mana mereka saling temu kangen dan mempererat tali persaudaraan. Dan sungguh saling mengunjungi silaturahmi ini memiliki keutamaan yang besar dari sisi pahala dan umur yang berkah, di samping dapat memupuk dan melanggengkan kasih sayang. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhumaberkata:
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod ).
Di samping bersilaturahim, bulan Syawal merupakan ajang bersedekah seseorang setelah melewati hari kemenangan. Biasanya sedekah itu diberikan kepada tetangga yang fakir atau saudara yang jarang bertemu dan jauh. Setelah berbulan-bulan mereka bekerja dan mendapatkan gaji, kini saatnya mereka menyedekahkan sebagian hartanya guna mendapatkan keberkahan rezekinya. Dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku:
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau menyedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rezeki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”
Dan amal saleh yang juga disunnahkan pada bulan Syawal adalah membangun rumah tangga (menikah). Rasulullah menepis kepercayaan orang-orang Jahiliyah tentang sialnya menikah di bulan Syawal. Aisyah radiallahu ‘anha istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan,
تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟، قَالَ: ((وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ))
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim).
Selengkapnya, klik di sini