Syahdan, sekira 1000 SM, kelompok-kelompok suku bangsa Arya dari utara berkenyat-kenyit ke dataran tinggi panas sebelah timur Sungai Tigris dan Eufrat dan barat India kuno. Para pendatang baru itu menunggang kuda, bersenjata busur pendek kuat dan anak panah. Kecepatan dan senjata mereka memberikan keunggulan, dan mereka mendesak penduduk asli. Nama negeri yang mereka kuasai menjadi Iran, “Negeri Bangsa Arya”.
Setengah milenium berlalu, Kurusy (Cyrus) II bertkhta atas salah satu suku Arya, Persia. Sejarawan Lloyd Llewellyn-Jones (2013) meneroka bahwa titimangsa 550 SM, Kurusy memimpin pasukan berkuda ke barat laut dari rumah mereka di gunung untuk melawan jiran, suku Mada, yang juga termasuk bangsa Arya dan sudah mulai membangun imperium sendiri. Dengan bantuan dua jenderal Mada yang balik gagang, Kurusy mengalahkan Mada dan merangum harta mereka. Dia kemudian melanjutkan ke utara dan barat, menguasai Asia Kecil (sebagian besar Turki modern).
Herodotus menganggit mengenai musuh utama Kurusy di Asia Kecil barat. Dia bernama Kroisos, raja Lydia, yang amat cogah. Kroisos membuat kesalahan fatal, mengirimkan bala tentaranya menyeberang Sungai Halys (sekarang Kizil) untuk menyerbu Kurusy. Dia terdorong melakukan itu karena seorang penenung menubuatkan bahwa “Apabila Kroisos menyeberangi Halys, dia akan menghancurkan negara besar”. Kroisos tak mengerti arti ramalan itu; negara besar yang dimaksud adalah negaranya sendiri.
Pasca-menguasai harta Kroisos, Kurusy menggempur ke arah sebaliknya, ke timur. Dia menaklukkan sebagian besar suku dan bangsa di daratan tinggi Iran dan tempat yang kini (kita kenal sebagai) Afganistan. Kurusy lantas ke barat lagi, dan seolah tidak terkalahkan, merebut Babilon sekaligus seluruh daerah aliran Tigris dan Eufrat.
Dia lalu maju terus ke Suriah dan Palestina, di ujung timur Laut Tengah. “Akulah Kurusy”, dia membayangkan, “Raja dunia, raja besar, raja yang sah, raja Babilon, raja Sumeria dan Akkad, raja empat penjuru (dunia) … Semua raja di seluruh dunia … membawa upeti dan mencium kakiku di Babilon.”
Sesudah dua dasawarsa penuh penaklukan, Kurusy kembali menghadap ke Asia Tengah, dan memerangi beberapa suku pengelana di sebelah timur Laut Kaspia. Dalam peperangan pamungkas, Persia dan suku pengelana pertama-tama saling terjang dengan anak panah sampai kedua pihak kehabisan panah, lalu dengan tombak dan belati. Suku pengelana yang sederhana memangkah Persia dan menewaskan Kurusy nan perkasa.
Akan tetapi, Imperium Persia terus tumbuh. Putra Kurusy, Kambujiya (Cambyses) menaklukkan Mesir, dan penerusnya, Darius, menguasai Lembah Sindhu di ujung barat India. Darius dan dua penerusnya mencoba menaklukkan Yunani, tapi mereka suak.
Oleh karena itu, Persia berhenti di batas Eropa. Betapa besarnya imperium ini! Persia menguasai sebagian besar daerah yang era kiwari termasuk Timur Tengah: Asia barat daya dan Afrika timur laut.
Mengapa Persia begitu ingin besar lengan?
Menurut sejarawan Josef Wiesehofer (2001), bagi Kurusy, motifnya barangkali rasa suka perang dan penaklukan. Para punggawanya pernah memberi usul kepadanya supaya dia memindahkan rakyat dari Iran yang bergunung-gunung ke dataran subur, tetapi Kurusy menjawab bahwa mereka tidak mafhum. Bila orang Persia pindah, ujar Kurusy, mereka bakal menjadi budak, bukan penguasa, karena “negara lembek membuahkan manusia lembek”.
Sedangkan motif para penerusnya boleh jadi sekadar merasa harus memperluas wilayah negara, sebagaimana Kurusy lakukan. Atau bisa jadi mereka merasa terancam, seperti biasanya penakluk, oleh suku-suku yang belum ditumbangkan di luar perbatasan, dan merasa lebih baik membabat orang-orang itu juga.
Bangsa Persia terbukti merupakan penguasa bijak yang melakukan hal-hal yang mesti mereka lakukan untuk menjaga keutuhan negaranya. Contohnya, untuk memperbaiki komunikasi, mereka membangun jalan raya yang membentang 2.500 kilometer dari dekat Teluk Persia sampai dekat Laut Aegea.
Para pembawa pesan beranting menempuh seluruh jalan itu dalam kurang daripada tujuh hari. Herodotus mewartakan bahwa “Salju, hujan, panas, gelap malam, semua tak menghalangi para kurir itu meradukan tugas dengan cepat”.
Yang paling khas ihwal para penguasa Persia adalah bahwa mereka membiarkan pihak liyan berkuasa atas nama mereka. Mereka memecah negara menjadi banyak provinsi dan membiarkan para gubernur berbuat sesuai apa yang dianggap baik asalkan tetap mengirim hal-hal yang diwajibkan: rekrutan tentara; emas, perak, gading, dan kayu hitam; gandum; kemenyan; anak lelaki dan perempuan; dan orang kasim.
*Selengkapnya, klik di sini