Khalifah Harun al Rasyid berjalan-jalan di tepi alun-alun depan istana. Ia menikmati sore yang cerah sambil memandang pohon kurma yang rimbun. Ketika asyiknya melihat-lihat pohon kurma, nampak seseorang lewat dengan cueknya.
Khalifah tampak penasaran. Kemudian berlari mengejarnya. Hingga akhirnya tiba di depan orang tersebut dan mencegatnya. “ Mau kemana kau Abu Nawas,” ucap Khalifah.
AbU nawas pura-pura kaget dan menjawab, “Oh saya kira siapa. Maaf baginda, izinkan saya lewat karena saya sedang membawa seorang putri.”
“ Kamu jangan menipuku ya. Mana putri yang kau maksud. Sedangkan engkau tidak membawa apa-apa.”
Tak lama kemudian Abu Nawas mengeluarkan sebuah botol. “ Ini Baginda,” jawab Abu Nawas sambil memberikan botol tersebut.
Melihat hal itu, Khalifah nampak kaget sekaligus murka,” Kurang ajar kau Abu Nawas. Kamu pasti membawa arak,” ujar Khalifah sambil mengambil botol itu.
“Sungguh saya merasa berdosa jika membawa arak. Itu hanyalah sebuah botol yang berisi susu,” jawab Abu Nawas.
Namun Khalifah tampak tidak percaya dengan ucapan Abu Nawas dan kemudian berkata,” Bagaimana kau ini mana ada susu yang warnanya merah. Kau mengada-ada.”
Mendengar hal itu Abu Nawas mengeluarkan jurus jitunya. Ia kemudian berkata, “Begini baginda, sewaktu baginda belum susu tadi masih terlihat berwarna putih. Namun ketika ia mendengar suara baginda, susu ini tiab-tiab berubah warnanya menjadi merah merona. Ini karena ia malu melihat baginda. Coba jika baginda pergi dari sini, pasti susu ini kembali ke warna aslinya.”
Tentu saja jawaban ngeles Abu Nawas membuat khalifah Harun al Rasyid tertawa terpingkal-pingkal.
“ Jawaban ggawur dan ada-ada saja kau,” kata Khaliffah.
Namun sampai mereka berpisah khalifah masih mengira bahwa air dalam botol itu adalah arak, padahal susu yang tercampur sirup berwarna merah.