Lumrah dalam kebiasaan kita setiap tanggal 9 dan 10 Muharram umat Islam melaksanakan puasa Tasu’a (puasa sunnah pada tanggal 9 Muharram) dan Asyura (puasa sunnah pada tanggal 10 Muharram).
Untuk membedakan antara ritual ibadah puasa yang kita lakukan dan perilaku tidak makan seperti sehari-hari jika kita tidak bisa makan, maka diharuskan untuk melakukan niat.
Karena puasa asyura dan tasua adalah puasa sunnah, maka niat bisa dilakukan pada malam hari hingga tergelincirnya matahari, yakni pada waktu siang hari, asalkan belum makan dan minum.
Dalan niat, ulama mengharuskan adanya qasdul fi’li (menyengaja perbuatan) dan ta’yin (menentukan ibadah apa yg akan dilakukan).
Adapun dalam puasa sunnah Tasu‘a dan Asyura, ulama berbeda pendapat terkait ta’yin, ada yang mewajibkan dan ada yang sekedar menyebutkan dalam hati.
Adapun lafal niat puasa Tasu‘a adalah sebagaimana berikut:
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ.
“Aku berniat puasa sunnah Tasu‘a esok hari karena Allah Swt.”
Sedangkan niat puasa sunnah Asyura adalah:
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.
“Aku berniat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah Swt.”
Jika niatnya dilakukan pada saat siang hari, sebelum tergelincirnya matahari maka lafalnya sebagai berikut:
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ
“Aku berniat puasa sunnah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah Swt.”
Wallahu a’lam.