Sayur kol dengan anjing? Hah? Padahal sayur kol ini merupakan sesuatu yang penting dalam tumbuh kembang saya, sebagai penikmat lalapan. Mulai disajikan mentah hingga di goreng, bagi saya sayur kol tetap unch untuk segala makanan.
Tentu fenomena sayur kol di makan dengan daging Anjing tidak masuk dalam list kuliner saya. Bukan apa-apa, terlepas hukum najisnya, Anjing itu hewan yang cute, gemes dan bersahabat. Sehingga saya tidak berniat memakannya.
Bahkan saya kerap belajar dari kisah para Anjing. Meski tergolong hewan najis, toh tetap memiliki kisah-kisah bijak dalam Islam. Tidak melulu menor, Ferguso!
Makan sayur kol dengan daging Anjing, tidaklah begitu penting untuk dipermasalahkan kalangan masyarakat tertentu. Beda cerita kalau makan buah kurma dengan daging Anjing atau Babi, beberapa kalangan saya yakin bisa mempermasalahkannya.
Sungguh malang nasib sayur kol, meski sama-sama halal, kurma dianggap lebih “suci” dari sayur Kol. Pertanyaan, jika yang pernah bersentuhan dengan Nabi-orang shaleh menjadi auto-suci, mengapa Anjing tidak bisa kita hormati? Padahal dalam riwayat Anjing menjaga orang-orang shaleh dalam surah Al Kahfi.
Sebaliknya, Anjing bahkan dengan mudah kita lempari batu, menghardik dengan kasar, hingga menjadi olok-olokan kita. Bukankah Anjing makluk Tuhan juga, sama dengan manusia? Ah, aku benar-benar ingin makan sayur kol bersama Anjing, tapi sayang mereka tidak makan sayur.