Seperti biasa, sehabis Isya Rasulullah saw melakukan halqah atau kajian keagamaan bersama para sahabat di masjid. Namun tiba-tiba ada seorang lelaki datang dan kemudian berkata kepada Rasulullah saw.,” Wahai Rasulullah saya lapar.” Sontak halqah dihentikan.
Setelah itu Rasulullah swa mengajak orang tersebut pulang ke tempat salah satu istrinya. Dan ternyata di tempat tersebut tidak ada makanan, hanya ada seteguk air. Kemudian Rasulullah mengajak juga ke isterinya yang lain. Namun keadaannya sama juga. Kemudian Rasulullah kembali ke masjid. Tampak para sahabat masih setia menunggu.
Tak lama kemudian Rasulullah menawarkan kepada sahabatnya siapa diantara mereka yang bisa menjamu tamu tersebut. Tawaran itu disambut salah seorang sahabat Anshor. Kemudian tamu itu diajaknya pulang. Sesampainya di rumah ia bercakap dengan istrinya,” Istriku jamulah tamu Rasulullah ini.”
Kemudian istrinya pergi ke dapur bersama dengan suaminya. “ Suamiku malam ini kita tidak memilki apa-apa kecuali persediaan makan untuk anak kita,” kata istrinya.
“ Istriku, hiburlah anak kita dengan sesuatu. Kalau ia minta makan ajaklah tidur. Jadi siapkan makan untuk tamu kita itu,” kata suaminya.
Istrinya tampak bingung. Sesaat kemudian sahabat Ansor itu berkata lagi,” Sediakan dua piring makandi meja makan, satu piring berikan makan untuk tamu itu, satu lagi piring kosong untukku. Apabila tamu itu masuk ke ruang makan, maka matikanlah lampu.’
Apa yang dikatakan oleh suaminya itu membuat bangga. Sikap suaminya yang ikhlas dan memperhatikan tamunya yang lapar membuatnya merasa sangat senang hati. Maka makanpun dimulai. Tamu dengan lahap memakan apa yang dihidangkan oleh keluarga tersebut. Sedangkan si tuan rumah memainkan piring yang kosong.
Keesokan harinya sahabat Ansor itu menemui Rasulullah saw. Sebelum mengisahkan pengalamannya semalam, Rasulullah saw. telah mendahuluinya dan bersabda,”Sandiwaramu semalam telah membuat Allah kagum. Semoga Allah memberkati kehidupanmu.”