Sambutan Tokoh PKI DN Aidit Pada Kongres ke-10 Partai Islam PERTI di Jakarta [13-20 Februari 1965]

Sambutan Tokoh PKI DN Aidit Pada Kongres ke-10 Partai Islam PERTI di Jakarta [13-20 Februari 1965]

Sambutan Tokoh PKI DN Aidit Pada Kongres ke-10 Partai Islam PERTI di Jakarta [13-20 Februari 1965]
Ali Sastroamidjodjo, AH. Nasution, KH. Idham Chalid, dan DN Aidit [Koleksi Perpustkaan Universitas Leiden Belanda]

Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) berawal dari gerakan yang dirintis oleh Syekh Sulaiman Arrasuli pada 5 Mei tahun 1928. Seperti ditulis Dedi Arsa, tahun 1932, PERTI sempat mengubah nama menjadi Persatuan Pendidikan Islam Indonesia (PPII). Akan tetapi, ini tidak berlangsung lama, sebab dengan memakai nama “Indonesia” dalam organisasi membuat pemerintah Kolonial pada waktu itu mencurigai PPII sebagai gerakan politik. Akibatnya, sebagian pengurus menarik diri dan organisasi ini tidak berkembang lagi.

Pada tahun 1937 diadakan kongres di Suliki, tujuannya untuk menghidupkan Perti kembali, dan upaya ini mendapatkan dukungan dari banyak para ulama. Namun setelah Indonesia merdeka, terutama ketika Pemerintah RI mengeluarkan putusan tentang pendirian partai politik tanggal 2 November 1945, PERTI dengan suara bulat sepakat menjadi partai politik Islam bernama Partai Islam PERTI. Dalam kongres tahun 1955 di Jakarta diputuskan untuk memindahkan pusat pimpinan partai dari Bukittinggi ke Jakarta.

Tepat 10 tahun setelah pendiriannya, Partai Islam PERTI mengadakan kongres yang ke-10. Ini merupakan kongres yang sangat luar biasa dan istimewa. Disebutkan dalam Laporan Kongres ke-10 yang termuat dalam Majalah Suara Perti, kongres ini dikatakan istimewa karena peserta yang hadir dari seluruh daerah, sekitar 18 daerah, mulai dari Aceh sampai Papua. Hampir seluruh peserta yang hadir menggunakan pesawat, bukan kapal laut. Ini menunjukkan keseriusan dan semangat peserta kongres, walaupun biayanya besar, itu tidak ada artinya demi kesuksesan kongres.

Kongres ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, tokoh masyarakat, dan para ulama. Di antara yang memberikan sambutan positif adalah DN. Aidit, yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Kordinator, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, dan Ketua Komite Central Partai Komunis Indonesia. Berikut salinan lengkap pidato sambutan DN. Aidit pada kongres ke-10 Partai Islam PERTI.

Merdeka..!

Dengan segala senang hati memenuhi permintaan Saudara untuk menyampaikan sambutan berhubung dengan berlangsungnya Kongres-X Partai Islam PERTI pada tanggal 13 sampai 20 Februari 1965 di Jakarta.

Pertama atas nama Komite Central Partai Komunis Indonesia dan atas nama saya pribadi, saya menyampaikan ucapan selamat dan salam persaudaraan yang hangat kepada saudara-saudara Dewan Pimpinan Partai Islam PERTI dan kepada seluruh peserta Kongres. Saya mengharapkan Kongres-X Partai saudara-saudara berlangsung dengan baik, lancar, dan mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Dalam menggalang front persatuan nasional berporos NASAKOM, Partai Islam PERTI sebagai kekuatan politik dan golongan agama mengambil bagian aktif dan memegang peranan yang progresif. Partai Islam Perti dengan DPP-nya yang diketuai saudara KH. Siradjuddin Abbas yang tercinta telah membuktikan dengan perbuatan, bahwa kerjasama antara kaum Nasionalis, kaum Agama, dan Komunis adalah objektif, dan merupakan keharusan demi persatuan dan kemajuan kekuatan revolusioner untuk kemenangan revolusi Indonesia.

Massa rakyat penganut Agama di negeri-negeri Timur, termasuk Indonesia, pada umumnya juga menjadi korban penindasan dan penghinaan imperialisme. Mereka menderita dan papasengsara akibat daripada imperialisme. Oleh karena itu, menurut pendapat saya, adalah wajar dan seharusnya, gerakan politik yag berdasarkan keagamaan di Asia Afrika pada umumnya, seperti dipraktikkan Partai Islam PERTI di Indonesia mengibarkan tinggi-tinggi panji anti imperialisme dan bersatu-padu dengan kekuatan anti-imperialis lainnya.

“Deklarasi Bogor” tentang kebulatan tekad partai politik yang dijiwai semangat Tavip telah semakin memperkuat persatuan nasional berporos Nasakom dan telah mendorong perkembangan massa aksi revolusioner mengganyang Nekolim, kontra revolusi, dan subversi. Kita menentang usaha-usaha sementara pihak yang hendak menyelewengkan. Deklarasi Bogor, yaitu usaha mereka yang hendak mempersatukan semua kekuatan termasuk kekuatan kontra revolusi.

Sekarang kita menghadapi tugas mensukseskan Dwikora, yaitu meningkatkan ketahanan revolusi dan tugas menggayang proyek Nekolim “Malaysia”. Dalam tugas meningkatkan ketahanan revolusi terkandung tugas mengatasi kesulitan ekonomi yang diderita rakyat kita. Ada orang yang berkata, bahwa kerusakan ekonomi dan inflasi sekarang ini adalah akibat politik mengganyang “Malaysia.”. Ucapan seperti ini sebenarnya berasal dari kaum dinasti ekonomi atau kaum kapitalis birokrat yang berusaha menggeser tanggung jawab atas kesulitan ekonomi kepada perjuangan yang benar dan adil daripada rakyat melawan “Malaysia”.

Kerusakan ekonomi dan inflasi terjadi bukan karena kita melawan “Malaysia”, tetapi di samping karena masih adanya kekuasaan ekonomi imperialisme dan sisa-sisa feodalisme pada dewasa ini, terutama disbeabkan karena adanya kaum kapitalis birokrat yang merusak ekonomi dan keuangan RI.

Kaum kapitalis birokrat adalah sumber kerusakan ekonomi dewasa ini. Kaum kapitalis birokrat ini juga dipupuk oleh kaum imperialis, lewat berbagai macam komisi, antara kaub dari penandatanganan kontrak-kontrak dengan pihak imperialis.

Oleh karena itu, kaum kapitalis birokrat pun berbahaya bagi kehidupan politik negeri kita.  Mereka bukan hanya koruptor biasa, mereka mempunyai tujuan poilitik yang membahayakan revolusi Indonesia. Perjuangan memenangkan konfrontasi terhadap “Malaysia” tidak bisa dipisahkan dari perjuangan mengatasi kesulitan ekonomi dan perjuangan mengatasi kesilitan ekonomi ini terutama berati melawan kaum kapitalis birokrat di bidang ekonomi dan politik.

Saya selanjutnya, mengharapkan sukses dalam usaha saudara-saudara mengkonsolidasi Partai Islam Perti. Partai Islam PERTI mempunyai tradisi revolusioner dengan ikut aktif dan ambil bagian dalam Revolusi Agustus 45 dan sampai sekarang terus mengibarkan panji Revolusi Agustus bersama kekuatan revolusioner lainnya.

Karena pikiran progresif hidup dalam PERTI, maka kaum kontra revolusi, lewat orang-orang yang tidak teguh imannya di dalam partai, berusaha melemahkan persatuan dalam PERTI untuk kemudian mencoba memecahbelahkan PERTI, yang berati memecahbelahkan kekuatan revolusioner dalam negeri. Saya menyampaikan salut kepada saudara-saudara karena telah membersihkan Partai saudara dari agen-agen pemecah belah.

Saya percaya, bahwa Partai Islam PERTI akan maju dan berkembang menjadi terkonsolidasi di bidang politik dan organisasi, sehingga menjadi semakin besar sumbangannya dalam membawa umat Islam Indonesia ke dalam persatuan nasional berporos Nasakom untuk perjuangan melawan imperialisme dan sisa feodalisme.

Hidup Kongres ke-X Partai Islam PERTI

Hidup Persatuan Nasional Berporos NASAKOM