Saat Orang Yahudi Memasak Untuk Buka Puasa Ramadhan

Saat Orang Yahudi Memasak Untuk Buka Puasa Ramadhan

Saat Orang Yahudi Memasak Untuk Buka Puasa Ramadhan
Ilustrasi: Buka Puasa Bersama

Ada pengalaman menarik dari Veni Ari Jayanti. Alumni Columbia University ini merupakan satu-satunya orang Islam di dalam lingkaran pertemanannya. Namun pada hari pertama Ramadhan teman-teman ikut menemaninya berbuka puasa.

Mereka berkumpul untuk santap malam. Agar makan bersama-sama teman- sengaja mengundurkan jam makan malamnya selama 2,5 jam. Pengunduran ini agar tepat dengan waktu buka puasa di New York. “Sebagai minoritas tapi saya tidak pernah dikucilkan, justru mereka berusaha inklusif,” kata Veni pada kantor berita Antara. Menurutnya walaupun puasanya lebih lama, cuaca di New York cukup bersahabat. “Enak buat puasa, cuacanya sejuk, masih nyaman,” kata co-founder Unreasonable Lab New York itu.

Veni memambahkan bahwa teman-temannya selalu mengingatkan jam berbuka puasa belum tiba. Menurutnya mereka berusaha menghormati dengan tidak makan di hadapannya. “Pas waktu buka (puasa), teman saya sampai memesankan makanan dari restoran khusus yang menyediakan daging halal,” tambah dia.

Salah satu komunitas muslim di sana, Islamic Center New York University (ICNYU), mengadakan acara rutin selama Ramadhan, seperti buka puasa bersama dan shalat tarawih berjamaah. Yang menarik acara sejenis tidak hanya diselenggarakan oleh komunitas muslim saja tetapi komunitas penganut agama lainnya.

“Ada komunitas Jewish yang mengadakan buka puasa buat orang muslim, jadi orang Yahudi yang masakin buat kita buka puasa,” ujar dia. Ditambahkannya bahwa keberagaman benar-benar dirayakan. Walau muslim minoritas, belum pernah terasa bagi Veni. Tidak ada diskriminasi besar, bahkan teman-teman selalu supportive.

Kemeriahan Ramadhan di New York memang tidak seperti Jakarta. Tak ada restoran yang tutup jendela di siang hari atau azan Magrib yang bersahutan. “Di Jakarta, nuansa Ramadhan terasa di mana pun kita pergi, tapi di New York butuh usaha untuk merasakan itu,” kata Muhammad Daud, mahasiswa New York University, seperti dilansir kantor berita Antara. Menurutnya masjid adalah salah satu tempat untuk merasakan suasana Ramadhan. Banyak acara digelar seperti berbuka puasa dan tarawaih berjamaah. Menurut Daud, tidak sulit mencari masjid di New York meski jumlahnya tentu tidak sebanyak di Jakarta. “Setidaknya ada di tiap beberapa kilometer,” katanya. Salah satu tempat untuk melepas rindu suasana Ramadhan di Indonesia adalah Masjid Al-Hikmah di Queens, New York. Masjid itu didirikan oleh komunitas Indonesia pada 1995.