Riziek Shihab tak terlihat di acara pertemuan dengan Raja Salman, baik di DPR maupun di Istana Negara. Padahal, sebelumnya sudah beredar kabar, Raja Salman [atau timnya Riziek] sudah menyiapkan pertemuan khusus dengan imam besar FPI itu. Sebagai seorang yang pernah tinggal di Arab sekaligus sebagai lulusan Universitas Raja Saud, saya kira wajar jika Riziek Shihab rindu ingin bertemu dan bertatap muka dengan “rajanya”.
Namun, menurut saya, Riziek Shihab baiknya mengurungkan niatnya untuk bertemu penguasa Arab Saudi itu. Tak pantas dan tak perlu.
Pertama, hingga hari ini Arab Saudi masih memimpin agresi militer ke Yaman, tanah leluhur Riziek Shihab sendiri. Hampir dipastikan, banyak saudara-saudaranya yang terbunuh dan menjadi korban serbuan tentara Arab Saudi. Sebagai seorang sayid keturunan Yaman, tak elok apabila menjalin persahaban dengan musuh-musuhnya.
Kedua, Dinasti Saud adalah dinasti yang merampok Haramain [Makkah-Madinah] dari tangan Syarif Husain, seorang keturunan Rasulullah. Jika saat ini Dinasti Saud menyebut dirinya sebagai Khadimul Haramain [pelayan/penjaga dua Tanah Haram: Makkah-Madinah], mereka sesungguhnya telah merampasnya dari pewaris yang sah atas tanah tersebut, yaitu keturunan Rasulullah.
Maka, sebagai seorang yang mengaku dirinya keturunan Rasulullah, Riziek Shihab tak sepatutnya bersalaman dengan Raja Salman. Kecuali ia sudah menyatakan diri berdamai dengan masa lalu atau ia sendiri telang mengalami amnesia sejarah. Tentu saja belum terlambat. Pertemuan di Bali lebih asyik.
Salam,
Jamaluddin Mohammad