Islami.co (Gaza) — Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa 129 orang tewas dalam 48 jam terakhir di Khan Younis. Ini terjadi setelah Israel memerintahkan penduduk untuk mengungsi sebelum meluncurkan serangan baru terhadap kota di selatan tersebut. Eskalasi kekerasan ini telah menyebabkan kehancuran besar dan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Dalam sebuah rilis terbaru, organisasi kemanusiaan Save the Children mengungkapkan bahwa setidaknya 24 anak-anak termasuk di antara lebih dari 80 orang yang tewas dalam sehari di Khan Younis akibat serangan pasukan Israel. Angka ini menunjukkan bahwa salah satu dampak tragis dari konflik yang terus berlanjut adalah warga sipil, terutama anak-anak yang rentan.
“Hampir 10 bulan setelah perang yang mengerikan ini, kami terus menyaksikan kehancuran yang menimpa kehidupan anak-anak di seluruh wilayah pendudukan Palestina,” ujar Jeremy Stoner, Direktur
Save The Children Menaee.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa serangan tersebut menambah daftar kehancuran infrastruktur penting serta memperparah kondisi kemanusiaan.
“Kami menghadapi salah satu hari paling mematikan di Khan Younis. Serangan ini telah menghancurkan banyak rumah dan infrastruktur penting, memperparah kondisi kemanusiaan yang sudah kritis,” tulis media Pemerintah Gaza.
Save the Children juga menambahkan dalam rilis yang lain, bahwa anak-anak selalu menjadi korban terbesar dari setiap konflik. “Anak-anak selalu menjadi korban terbesar dalam konflik seperti ini. Kami sangat prihatin dengan keselamatan dan kesejahteraan anak-anak yang terjebak di zona perang ini.”
Eskalasi ini semakin memperburuk situasi di Gaza, pasalnya sebelumnya penduduk telah menghadapi kekurangan pasokan makanan, air, dan obat-obatan. Organisasi kemanusiaan terus menyerukan gencatan senjata dan akses kemanusiaan yang lebih luas untuk membantu mereka yang terdampak.
Seruan internasional untuk gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan semakin keras, tetapi solusi damai masih tampak jauh di depan mata. Konflik di Gaza menyoroti kebutuhan mendesak akan dialog dan resolusi yang berkelanjutan untuk mengakhiri penderitaan warga sipil.
(AN)