Sujiatmi baru dikenal publik secara luas, setidaknya ketika Pilgub DKI 2012 berlangsung. Foto bersama putranya, Joko Widodo (Jokowi), yang sungkem meminta ijin menjadi kandidat gubernur atas permintaan Jusuf Kalla dan Prabowo, beredar luas. Setelah melalui pertarungan dua babak yang amat sengit, ia memenangi kursi panas Gubernur DKI menghempaskan incumbent Fauzi Bowo yang didukung koalisi mayoritas partai.
Namun baru menjelang Pilpres 2014, badai fitnah menerjang pribadi Jokowi yang melibatkan nama baik orangtuanya. Disebut bahwa ibunya Jokowi anggota Gerwani, organisasi sayap perempuan PKI. Sujiatmi disebut bukan ibu sebenarnya, dan dihembuskan issue bahwa perbedaan usia Jokowi dan Sujiatmi hanyalah 10 tahun, sesuatu yang dianggap mencurigakan oleh mereka yang percaya issue itu, meskipun faktanya mereka selisih 19 tahun. Beredar juga kabar dari akun penyebar gosip kalau orangtua Jokowi sesungguhnya adalah etnis Tionghoa asal Singapura bernama Oey Hong Liong. Akun Jonru pun sempat mempersoalkan seolah ayah Jokowi yang tidak jelas.
Jokowi pada awalnya tidak terlalu menanggapi berbagai terpaan issue itu. Namun karena fitnah tidak mereda, ia pun mengeluarkan foto buku nikahnya, dimana tertera jelas nama ayahnya. Itupun buku nikahnya tetap dijadikan bahan kontroversi, dengan seorang netizen mempersoalkan keotentikan buku nikah itu dengan analisis ELA, yang lucunya justru oleh pembuat algoritma ELA itu, analisisnya dianggap tidak berbunyi. Namun terlanjur dimuat oleh portal yang sangat laris waktu itu, PKS Piyungan, yang membuat judul provokatif: Akta Nikah Jokowi Palsu?
Gak usah dipermasalahin. Doakan saja mas Jefsen tetep sehat selalu. Doakan buat eyang saya yang mendahului kita ππΌππΌππΌ https://t.co/VKFNXlwZPl
— βkakβ Kaesang (@kaesangp) March 26, 2020
Kemudian keluarga Jokowi juga merilis foto keluarga dimana ada lengkap orangtua Jokowi dan Iriana. Namun badai fitnah terlanjur tersebar, dan di era post truth, para pembenci Jokowi yang sudah meyakini bahwa ia adalah anak Gerwani, sepertinya tidak mau menerima informasi apapun meskipun adalah fakta, dan lebih mempercayai kabar burung yang menyenangi hatinya (baca: hasadnya).
Yang unik adalah, tidak sedikit mereka yang menyebarkan informasi kalau Sujiatmi bukan ibu kandung Jokowi, adalah para akun-akun media sosial yang penampakannya agamis. Padahal dosa apa yang tidak kalah besar dengan memutus dengan sengaja nasab, tali keturunan antara seorang ibu dan anak, dan menyebarkan ke publik tanpa tabayyun sama sekali? Ini tentu tipuan iblis (talbisul iblis) yang luar biasa. Melakukan kebiadaban, tapi merasa tengah berjuang.
Bahkan gilanya, mereka justru memaksa supaya Jokowi dan Sujiatmi sama-sama melakukan tes DNA, untuk memastikan mereka adalah ibu dan anak kandung. Dalam kaidah menuduh, baik hukum sekuler, dan hukum Islam, sudah jelas bahwa beban pembuktian ada pada sisi penuduh.
“Bukti itu harus didatangkan oleh orang yang menuduh, dan sumpah itu wajib bagi orang yang mengingkari tuduhan itu.” (HR Baihaqi, shahih)
Namun entah karena hasrat kebencian yang tidak masuk akal, mereka memaksakan supaya yang tertuduh membuktikan melalui tes DNA. Jokowi dan keluarganya tidak menghiraukan hal ini. Bahkan banyak para pemfitnahnya tidak juga dibawa ke ranah pengadilan, meskipun jelas secara pidana dan agama, nyata pelanggarannya.
Portal-Islam, situs penyebar hasat dan fitnah yang berkedok agamis, pernah memuat artikel dengan judul “Jokowi Ketakutan Australia Bocorkan Nama Orangtua Jokowi Yang Sebenarnya?”, ini terkait ketika mereka mengira Jokowi akan ragu dalam mengambil sikap terhadap napi narkoba Bali Nine. Padahal kemudian, dua orang napi tersebut tetap dieksekusi di Nusa Kambangan.
Puncaknya, ketika untuk pertama kalinya Jonru tampil di ILC, ia terjebak oleh pertanyaan Akbar Faizal, apakah benar ia pernah memposting status bahwa Jokowi asal muasalnya tidak jelas, yang diiyakan oleh Jonru, karena Akbar membawa bukti tangkapan layar. Ketika Akbar meminta polisi menangkap, Jonru justeru berteriak, “Saya tidak takut.” Jonru pun akhirnya mendekam di bui, dan divonis meskipun untuk perkara lain.
Masuknya Prabowo, seteru besar sejak 2014, dalam kabinet Jokowi, rupanya tidak mempengaruhi keyakinan orang yang sudah terlanjur mempercayai kalau Sujiatmi bukanlah ibu kandung Jokowi.
Berita meninggalnya Sujiatmi pada 25 Maret 2020, setelah tanpa banyak diberitakan, berjuang melawan kanker, disertai dengan ucapan duka masyarakat Indonesia yang juga tengah dirundung wabah corona. Namun tampak juga nada sinis dari mereka yang masih terhasut bahwa ia bukan ibu kandung Jokowi.
Sebagai muslim, saya percaya dengan hadits muflis yang shahih. Dimana ditegaskan bahwa orang yang menuduh sembarangan, maka amalnya akan dipindahkan kepada yang dituduh, dan dosa yang dituduh, akan ditimpakan kepada si penuduh, sehingga si penuduh nanti akan kembali ke akhirat sebagai orang yang bangkrut, muflisin.
Semoga yang pernah menuduhnya, baik sekarang sudah insyaf atau belum, mau untuk meminta maaf kepada ahli warisnya, karena sudah terlambat untuk meminta langsung kepada yang difitnah.
Maka hormat saya kepada almarhumah Ibu Sujiatmi yang meski diterpa badai fitnah, tidak pernah menampakkan balasan hujatan yang sama. Ia tetap dalam kesunyiannya. Semoga hujan fitnah yang pernah menerpa beliau, bisa menjadi penolongnya di yaumil akhir kelak.
Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fu’anha.