Pagi tadi setelah sahur, tiba-tiba telpon pintar milikku berbunyi. Sebuah pesan singkat masuk yang ternyata dari seorang teman yang istimewa. Aku bilang istimewa karena dia ingin sekali pergi ke Maroko menengokku yang sedang jadi “anak kost” di sana.
Tapi tak kunjung juga ada kesempatan pergi ke “Magrib”. Entah karena sibuk, belum ada izin keluarga, atau ndak punya tiket.. Haha.. Tapi minatnya untuk ke Maroko besar sekali. Sampai-sampai dia sering sekali memintaku bercerita tentang apa-apa yang ada di Maroko, mulai dari adat istiadat, masjid, perpustakaan, juga tempat-tempat bersejarah yang masih eksis hingga saat ini.
Untuk kesempatan kali ini, kupenuhi permintaannya. Aku akan bahas tradisi Ramadan di negeri seribu benteng. Ada tiga hal unik yang menjadi tradisi menghidupkan bulan Ramadan bagi masyarakat Maroko.
Pertama, Budaya Memberi Ucapan Selamat. Ramadan merupakan momen paling dinanti bagi seluruh umat Muslim di seluruh dunia, tak terkecuali bagi masyakat Maroko sendiri.
Ada semacam tradisi unik yang beredar di kalangan masyakat yaitu ucapan selamat memasuki bulan Ramadan. Dalam lahjah darijah maghribiyyah (logat bahasa lokal), ‘Awasyir Mabroukah, yang berarti hari kesepuluh yang penuh berkah.
Ungkapan ‘Awasyir Mabroukah ini jamak didengar dan diucapkan ketika berada di jalan, pasar, masjid, atau di kedai kopi, sebagai doa keberkahan Ramadan. Ketika saling berpapasan satu sama lain, baik kepada orang yang sudah kenal atau pada orang asing sekalipun. Ucapan ini juga diucapkan ketika memasuki bulan Maulid.
Menurut sumber yang aku dapat, ungkapan ini merujuk pada tiga pembagian sepuluh hari dalam bulan Ramadan yang bermakna; sepuluh hari rahmat, sepuluh hari ampunan, dan sepuluh hari dibebaskan dari siksa neraka.
Walaupun sekilas seperti basa-basi, tapi ucapan selamat ini memiliki pengaruh yang kuat untuk menjaga rasa persaudaraan dan kerukunan antarmasyarakat.
Kedua, Makanan Khas Ramadan ala Maroko. Sepertinya terasa kurang jika membahas tentang tradisi suatu bangsa, tapi tidak membahas makanan khasnya. Di bulan Ramadan ini, seperti lazimnya negara lain, Maroko mempunyai beberapa makanan khas yang wajib hadir dalam hidangan santapan berbuka.
Ada tiga menu penting yang menjadi penanda masuknya bulan Ramadan, hariroh, syubbakiyah, dan zamithoh.
Hariroh sejenis sup yang berisikan ful (kacang Arab), mie kuning, dan biasanya ditaburi irisan daging kecil-kecil. Teksturnya sangat kental. Enak disantap saat masih dalam keadaan hangat.
Selanjutnya ada syubbakiyyah, manisan yang terbuat dari adonan tepung yang digoreng kering. Sebelumnya ditaburi biji wijen hingga merata.
Setelah benar-benar kering, direndam dalam madu selama beberapa jam hingga meresap. Pada saat Ramadan seperti ini, manisan ini menjadi primadona bagi rakyat. Karena menurut mereka, kurang afdal jika berbuka tanpa adanya manisan ini. Bagi yang tidak begitu suka manis, sebaiknya menjauhi makanan ini hehe.
Ketiga, ada zamithoh, adonan yang terbuat dari tumbukan kacang. Sekilas seperti pecel, tapi rasanya manis. Cara makannya bisa langsung dilahap dengan sendok kecil atau dimakan pakai roti. Ada yang bilang, makanan ini sangat baik untuk ibu hamil dan menyusui. Selain memperlancar proses melahirkan, juga memperbanyak ASI.
Nama lain dari zamithoh ini salou. Jika sudah menjadi roti kering maka disebut ghoribah.
Selain tiga makanan diatas masih banyak makanan lain seperti maloui (sejenis roti canai), harsyah, kurma, halib (susu segar), baghreir, dan aneka macam jus untuk menemani santap takjil masyarakat Maroko.
Untuk makanan beratnya, biasanya mereka menyantapnya setelah Salat Tarawih berjamaah di masjid. Salah satunya ada tajin (sayuran yang dimasak di atas tungku berbuntuk kerucut yang terbuat dari tanah liat), lauknya bisa daging sapi, kambing, ayam, juga ikan.
Satu lagi makanan khas yang tak boleh dilupakan bagi para pencinta wisata kuliner. Makanan ini hanya ada di hari jumat. Terbuat dari biji gandum yang telah diolah, dimasak di atas air mendidih. Dilengkapi aneka macam sayur, mulai kacang, labu, wortel, kol, kentang, tak lupa ditaburi kismis kering.
Terakhir disiram kuah ayam atau daging. Sebagai pelengkap, selalu dipastikan adanya laban (susu yang difermentasi) yang ditaruh dalam mangkuk putih. Makanan ini bernama Couscous. Sungguh maknyus, bukan?
Ketiga, Perayaan untuk Anak yang Baru Pertama Kali Puasa.
Tradisi unik terakhir yang akan dibahas dalam tulisan singkat ini adalah perayaan bagi anak yang pertama kali berpuasa. Bisa dibilang tradisi ini diwariskan secara turun-temurun sejak dahulu.
Perayaan tersebut sebagai bentuk pembelajaran dari keluarga akan nilai-nilai keislaman juga kewajiban berpuasa yang harus ia jalani sebagai seorang Muslim.
Acara ini berisi sambutan yang akan dibawakan oleh ibu sang anak, yang berisi rasa syukur pada Tuhan atas karunia anak. Dilanjut dengan pemberian makanan berbuka khusus untuk sang anak, juga diberi kesempatan untuk mengambil pertama kali santapan takjil di antara keluarga yang hadir.
Sebelumnya tamu-tamu perempuan melakukan zagharidh, lengkingan keras menandakan acara dimulai dan tanda keagungan acara ini. Mereka percaya, bahwa acara ini akan berdampak baik pada sang anak, salah satunya semakin mendekatkan diri pada Allah, Tuhan sekalian alam.
Mari kawanku, segera ke Maroko…
*Selengkapnya, klik di sini