Peristiwa Isra` mikraj terjadi setahun sebelum Rasulullah Saw. hijrah menuju Madinah Munawwarah. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai waktu persisnya peristiwa Isra` Mi’raj, para ulama sepakat bahwa Isra` mikraj terlaksana dengan jasad dan ruh Rasulullah Saw. Isra` mikraj bukan sebuah mimpi dan bukan hanya perjalanan ruhani. Ia adalah persitiwa nyata yang melibatkan fisik Rasulullah Saw. Isra` berarti perjalanan di waktu malam dalam waktu sebentar mulai dari masjidil Haram di Makkah hingga masjidil aqsha di Palestina. Sedang mikraj adalah peristiwa naiknya Rasulullah Saw dari masjidil aqsa menuju sidratul muntaha hingga mustawa. Peristiwa isra` terabadikan oleh Al-Quran dalam permulaan surat Al-Isra` sementara peristiwa mikraj disebutkan dalam surat an-Najm ayat 1-18.
Sebagai sebuah mukjizat yang agung, isra` mikraj bila dipelajari mendalam menunjukkan derajat agung Rasulullah Saw. di sisi Allah Swt. Derajat agung tersebut bukan hanya ditegaskan dengan firman dalam Al-Quran al-karim namun ditampakkan oleh Allah sepanjang peristiwa isra` mikraj.
Isra` dimulai ketika malaikat Jibril dan malaikat Mikail datang menemui Rasulullah Saw. kedatangan ini begitu tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan atau isyarah terlebih dahulu. Ini berbeda dengan munajat Nabi Musa As. Di bukit Thursina yang didahului dengan perjanjian.
Peristiwa selanjutnya adalah pembedahan dan pembersihan dada Rasulullah Saw dengan air zam zam kemudian diisi dengan kebijaksanaan,ilmu, keyakinan, dan kepasrahan. Pembedahan Rasulullah Saw. menurut keterangan Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliky dalam Al-Anwâr al-Bahiyyah min Isrâ`i wa mi’râji Khairil Bariyyah terjadi empat kali semasa hidup Beliau yaitu ketika umur empat tahun, sepuluh tahun,ketika diutus menjadi rasul, dan pada malam isra`.Tanpa dibedahpun Beliau adalah seorang rasul yang ma`shum, terhindar dari keinginan dan melakukan perbuatan dosa. Pembedahan yang berulang ini semata untuk menunjukkan kebersihan hati Beliau. Fisik Beliau merupakan fisik manusia paling sempurna sedang hati Beliau adalah hati paling bersih dari sekian makhluk.
Setelah pembedahan selesai dan di punggung Beliau telah diberi khâtamun nubuwwah didatangkanlah buraq. Buraq adalah hewan yang berasal dari surga. Buraq menjadi kendaraan Rasulullah Saw selama isra`. Sedang mikraj menurut pendapat kuat tak menggunakan buraq. Mengutip keterangan Sayyid Muhammad (hal.25-26) kehadiran buraq ini menunjukkan keagungan Rasulullah Saw. beliau dipanggil oleh Allah Saw. Dalam pemanggilannya, Allah Swt. memerintahkan dua malaikatnya yang paling utama sekaligus juga menyediakan kendaraan bagus untuk melakukan perjalanan. Penghormatan seperti ini hanya diberikan kepada makhluk yang sangat agung. Ia melakukan perjalanan dengan kendaraan khusus yang disediakan Rabbnya dan dua malaikat paling agung menjadi pendampingnya selama melakukan perjalanan.
Dalam isra` sampai masjidil aqsha Rasulullah saw. melihat berbagai hal. Ketika sampai di masjidil Aqsha melakukan salat dua rakaat. Tak berapa lama banyak orang berkumpul untuk melakukan salat. Kemudian malaikat Jibril memegang tangan Rasulullah Saw. untuk maju dan menjadi imam melaksanakan salat dua rakaat. Ternyata yang menjadi makmum salat tersebut adalah seluruh nabi. Menurut pendapat yang diunggulkan Imam Al-baihaqiy dan Imam Ibnu Hajar al-Haitamy dalam As-Shawâ’iq al-Muhriqah sebagaimana disampaikan oleh Syekh Hasan al-‘Adwiy dalam An-Nafaḥat as-Syâdziliyyah, salat ini benar-benar nyata dan dilakukan oleh para nabi dengan jasad dan ruh. Dalam beberapa riwayat salat bersama para nabi ini terjadi sebelum Rasulullah Saw. mikraj, sementara dalam riwayat yang lain yang dishahihkan oleh Imam Ibnu Katsir, salat ini terjadi setelah Rasulullah Saw. mikraj. Menurut Sayyid Muhammad (hal 97) mungkin saja salat bersama para nabi terlaksana dua kali. Dalam riwayat Ka’b, salat ini juga diikuti oleh para malaikat yang berbondong-bondong turun untuk bermakmum kepada Rasulullah Saw.
Peristiwa ini tak pelak menunjukkan keagungan Rasulullah Saw. beliau bukan hanya menjadi pemimpin manusia biasa namun juga menjadi pemimpin para nabi. Menjadi imam dalam salat yang merupakan ibadah menunjukkan bahwa semua ajaran para nabi terdahulu tunduk dan di bawah ajaran Rasulullah Saw. Derajat mana lagi yang lebih unggul daripada para nabi menjadi makmum, pembesar malaikat menjadi pengiring, dan hewan surga menjadi kendaraannya? Sungguh tepat orang-orang yang tiada henti memuji Rasulullah Saw. dengan pujian luar biasa karena memang tak ada lagi derajat yang melebihi para nabi dan malaikat berada di belakangnya. Segala pujian kepada siapapun tak ada nilainya dibanding derajat yang maha tinggi ini. Di dunia para nabi menjadi makmumnya, di akhirat para nabi di bawah benderanya. Ini belum memasukkan derajat agung lain yang hendak ditampakkan dalam peristiwa mikraj selanjutnya.
Selanjutnya Rasulullah Saw. melakukan mikraj yaitu naik dari baitul maqdis melewati langit-langit sampai ke sidratul muntaha hingga mustawa. Peristiwa mikraj melintasi luar angkasa melewati ruang hampa udara dilakukan Rasulullah Saw. tanpa alat bantu seperti yang disiapkan di masa kini untuk masuk ruang hampa udara. Rasulullah bisa melewati lapisan atmosfir bumi tanpa terbakar, memasuki ruang hampa udara tanpa alat bantu pernapasan. Ini semua menunjukkan hebatnya fisik Rasulullah Saw. Beliau adalah manusia namun bukan seperti layaknya manusia. Fisik sudah berbeda apalagi jiwa dan akhlak yang melampui batas yang bisa diraih umumnya manusia.
Dalam peristiwa mikraj Rasulullah Saw. bertemu dengan para nabi di lapisan-lapisan langit. Para nabi menyatakan kegembiraan dan kebahagiaan atas pertemuan dan perjalanan ini. Selanjutnya Rasulullah Saw. menyaksikan telaga kautsar, surga, dan neraka. Peristiwa agung selanjutnya terjadi. Rasulullah saw. bermunajat dan melihat Allah Swt. Tak ada yang bisa melihat Allah Swt. selama di dunia kecuali Rasulullah Saw. Sementara di akhirat orang mukmin di surga bisa melihat Allah Swt. Bermunajat dan melihat Rabb di dunia ini adalah keistimewaan yang tak diperoleh siapapun selain Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. bermunajat dan melihat Allah Swt. Ketika Rasullah melintasi langit kursi hingga ‘arsy bukan berarti Allah Swt. Berada di sana. Ini sama dengan ketika kita di bumi melihat matahari rembulan, bukan berarti matahari rembulan ada di bumi. Begitu pula ‘arsy bukan berarti Allah berada di sana. Ini seperti Ka’bah yang disebut dengan nama baitullah (rumah Allah), bukan berarti Allah Swt. Berada di Ka’bah. Allah Swt berbeda dengan makhluk sehingga tak terikat oleh tempat dan waktu.
Ketika malam isra` mikraj Rasululah saw. juga mendapat ilmu yang beraneka ragam. Dalam riwayat Ibnu Abbas sebagaimana disampaikan Syekh Hasan al-‘Adwiy dari Imam Qasthalaniy, Rasulullah Saw. bersabda, “ Di malam isra` Tuhanku mengajariku ilmu yang bermacam-macam. Ada ilmu yang harus saya sembunyikan. Ada ilmu yang aku diberi kebebasan, ada ilmu yang Tuhan memerintahku menyampaikannya.”
Demikian sebagian dari keagungan Rasulullah Saw. yang ditunjukkan dalam peristiwa Isra` mikraj. Dalam keistimewaan yang agung, Beliau mengajari kita untuk tetap menghormati dan mengenang para nabi terdahulu. Peristiwa isra` dijalani dengan Rasulullah Saw. berhenti di tiga tempat; Madyan di bawah pohon tempat dulu Nabi Musa As. Berteduh. Bukit Thursina tempat Nabi Musa As. Bermunajat, dan Betlehem tempat kelahiran Nabiyullah Isa As. Di tiga tempat tersebut Rasulullah Saw. berhenti dan melakukan salat. Dengan perbuatan Beliau ini terkandung contoh dan perintah untuk selalu menjaga situs-situs yang terkait dengan peristiwa penting dalam perkembangan agama sekaligus menghidupkannya dengan beribadah di tempat-tempat tersebut. Tempat-tempat bersejarah dalam perkembangan dan perjuangan dakwah hendaklah selalu diperhatikan dan dihidupkan dengan mensyukuri nikmat Allah Swt di tempat tersebut dengan melakukan ibadah, doa, dzikir, dan hal-hal yang bermanfaat bagi umat.