Nama Fatimah Az-zahra tidak bisa dilepaskan dari Rasulullah Saw. Ia adalah puteri utama dari Rasulullah Saw dengan Sayyidah Khadijah al-Kubra. Meskipun terlahir sebagai anak paling kecil, namun peran Fatimah sangat lah besar dalam kehidupan Rasululah. Ia berperan sebagai pengganti Sayyidah Khadijah al-Kubra dalam mengurus Rasulullah Saw. di kehidupan sehari-hari. Tidak heran, ia menyandang kunyah (julukan) sebagai Ummu Abiha, yang berarti ibu dari bapaknya.
Dari keturunan Fatimah lah, sebutan Ahlul Bait disematkan. Ahlul Bait adalah keturunan dari Rasulullah melalui nasab dari jalur Fatimah dan Ali bin Abi Thalib, dan kedua anaknya yaitu Hasan dan Husain.
Keberadaan Fatimah Az-Zahra sebagai jalur penerus keturunan Rasulullah, tentunya menimbulkan pertanyaan. Kenapa keturunan Rasulullah melalui jalur nasab Fatimah yang notabene perempuan? Padahal kita tahu bahwa masyarakat Arab – bahkan masih terjadi di banyak suku dan tradisi – menyandarkan nasabnya lewat jalur laki-laki. Pastilah fenomena ini memiliki rahasia dan hikmah tersendiri.
Adapun salah satu rahasianya adalah sebagai jawaban dari tradisi jahiliyyah Arab yang masih ada saat itu. Masyarakat jahiliyyah Arab saat itu masih sangat patriarki, ketika perempuan diposisikan di bawah derajat laki-laki. Begitu pula soal keturunan. Orang Arab sangat bahagia dan kelewat bangga jika mampu memiliki anak lalki-laki. Sebaliknya, mereka merasa terhina jika dikaruniai kelahiran anak perempuan, sampai-sampai kita akrab dengan ungkapan bahwa masyarakat Arab jahiliyyah “mengubur hidup-hidup” anak perempuan mereka.
Orang Arab jahiliyyah saat itu dikenal dengan sebutan “alldzina yatasha’abuna bi aulaadihim”, yang artinya yang fanatik sekali, kelewat bangga kepada anak laki-lakinya.
Kebiasaan Arab jahiliyyah yang terlalu bangga kepada anak lelakinya diabadikan dalam surat al-Kautsar. Dalam satu riwayat, sebab turunnya ayat ini adalah, bahwa Nabi Muhammad Saw sering diolok-olok oleh kaum musyrikin sebagai orang yang keturunannya terputus. Kemudian turunlah surat al-Kautsar ini, yang memberi motivasi dan kegembiraan kepada Rasulullah atas olok-olok tersebut. Dalam ayat ketiga surat al-Kautsar disebut:
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ ࣖ
“Sesungguhnya pembencimu lah yang abtar (terputus)”.
Ayat ketiga dari surat al-Kautsar tersebut memberi penjelasan, bahwasanya orang yang megolok-olok Nabi Muhammad lah sebenarnya yang terputus. Kata Abtar di sini memiliki makna terputus, yang dalam riwayat populer dijadikan olokan kepada Rasulullah sebagai orang yang terputus nasabnya. Namun, Prof. Quraish Shihab menambahkan dalam Tafsir Al-Mishbah, jika riwayat tersebut ditolak, maka kata Abtar di sini mempunyai makna terputus dari kebajikan.
Sebagaimana kita tahu, Rasulullah juga memiliki anak laki-laki, yakni Sayyid Qasim dan Ibrahim. Namun mereka wafat saat usianya masih kecil. Sementara itu, putri-putri Rasulullah yang lain juga tidak berumur panjang. Putri Rasulullah Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum semuanya wafat mendahului Rasulullah Saw. Tinggal Fatimah yang hidup setelah Rasulullah wafat dan melanjutkan nasab Rasulullah Saw. lewat kedua putranya, Sayyid Hasan dan Husain.
Di satu kesempatan, Habib Luthfi bin Yahya mengutip satu hadis riwayat Thabrani, yang menerangkan bahwa Fatimah menjadi kunci nasab keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda: “Setiap keturunan perempuan terhubung melalui jalur bapaknya, kecuali keturunan Fatimah. Kepadaku nasab mereka tersambung dan aku adalah bapak mereka.”
Wallahu a’lam bisshawab.