Dipinang menjadi Wakil Walikota Tangerang Selatan oleh Siti Nur Azizah, Raffi Ahmad melakukan lawatan balasan ke kediaman putri RI 2 Ma’ruf Amin. Di sana, pesohor pesbuker ini bilang bahwa ia belum bisa meninggalkan panggung hiburan yang membesarkan namanya. Selain itu, Raffi juga mengatakan bahwa ilmu politik yang dia miliki masih awam.
“Aku juga harus berguru (ilmu politik) dulu sama pak Rapsel,” kata Raffi Ahmad, dikutip dari YouTube Rans Entertainment.
Meski begitu, Raffi terlihat sumringah dan akan mempertimbangkan jika Bandung menjadi regional yang dimaksud.
“Bandung itu kota kelahiran saya, kalau saya dipanggil oleh suara rakyat dan Allah SWT kalau Bandung saya siap,” tegas Raffi Ahmad.
Sebelumnya, Raffi Ahmad mengaku tak tahu mengapa Siti Nur Azizah memilihnya untuk menjadi calon Wakil Wali Kota. Ia menduga ada alasan milenial yang dipikirkan oleh istri Rapsel Ali itu.
“Karena memang kalau pemimpin sekarang, kalau memang sudah seperti ibu Azizah, putrinya Ma’ruf Amin pengalamannya pasti sudah banyak. Tetapi mereka juga membutuhkan sosok yang muda, yang memiliki platform digital. Kan sekarang dunia sudah digital semua, tapi memang kompeten juga. Aku juga belum tahu sih dinilainya karena apa. Tapi mungkin karena ya sosialisasi aku juga dan birokrasi aku dan pergaulan aku juga cukup luas. Tapi aku nggak tahu kan kalau dipolitik seperti apa,” beber Raffi Ahmad, dikutip detiknews.
Raffi adalah yang kesekian kali. Fenomena artis yang hijrah dari dunia hiburan ke panggung politik bukanlah fenomena baru. Banyak nama-nama seteras Ahmad Dhani, Rano Karno, Rieke Diah Pitaloka, Pasha Ungu, atau Deddy Mizwar yang terjun ke dunia politik. Beberapa melenggang mulus, beberapa lainnya gagal.
Betapapun, fenomena itu terbilang manusiawi. Ini seperti dikatakan Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari.
“Saya kira artis juga manusia ya. Bisa punya aspirasi, punya minat, punya panggilan ke dunia politik. Sama saja kasusnya dengan pengusaha seperti Sandiaga Uno yang juga sudah punya segalanya kemudian terjun ke politik,” ujar Qodari seperti dikutip VICE.
“Namanya motivasi itu macam-macam, ada yang panggilan berbakti pada negara, melakukan perubahan dari dalam, atau memberi manfaat kepada orang banyak. Bisa juga alasan personal seperti mencari tantangan baru karena udah berhasil di bidang sebelumnya, bisa sesederhana itu,” lanjutnya.
Yah, dari sekian alasan itu, “mengabdi kepada negara” memang kerap terujar dari mereka yang punya popularitas lalu merangsek ke jagad politik. Hanya saja, realitas politik seringkali tidak seheroik itu.