Pembicaraan atas kisah keluarga Nabi Muhammad biasanya terpusat pada kisah Siti Fatimah, yang dinikahi Sahabat Ali, yang merupakan sepupu Nabi. Mungkin, karena pasangan Fatimah-Ali memberi Nabi cucu laki-laki yang tumbuh dewasa dan menjadi figur penting dalam Islam.
Namun, ada putri Nabi yang kisahnya tak kalah penting dan mengharukan. Dialah Zinab, putri Muhammad dari istri pertama, Siti Khadijah binti Khuwailid. Zainab memberi Nabi dua cucu< Ali, meninggal saat bayi, dan Umamah, yang dinikahi Ali bin Abi Thaliab, setelah Fatimah wafat.
Roman Zainab juga tak kalah dramatis. Zainab menikah dengan Abu al-Ash bin Rabi, putra Halah adiknya Khadijah (berarti masih sepupu). Ketika Nabi membawa risalah Islam, Abu al-Ash tidak langsung masuk Islam. Saat itu, belum ada larangan pernikahan beda agama.
Tapi, konflik Muslim dan non Muslim Quraisy kian lama kian pelik. Nabi berhijrah. Kemudian pecah perang Badar. Abu al-Ash bukan seorang yang ingin ikut menyerang Nabi, ia hanya belum bisa menerima Islam. Ia menghormati Nabi dan mencintai Zainab. Tapi ia diikat kontrak kesukuan. Ia pun ikut memerangi Nabi pada Perang Badar. Zainab remuk redam.
Abu al-Ash berakhir sebagai tawanan. Ketika Zainab tahu soal ini, Zainab mengirim kalung onyx-nya sebagai tebusan. Nabi menangis melihat itu. Abu al-Ash dibebaskan dengan syarat Zainab diantarkan ke Madinah.
Perlu beberapa waktu hingga akhirnya keduanya ikhlas untuk berpisah, walau belum bercerai. Zainab sedang hamil saat bersiap ke Madinah. Dia diteror oleh kaum Quraisy hingga keguguran. Singkatnya, Zainab dan Umamah berhasil migrasi ke Madinah diantar Kinanah dan dijemput Zaid bin Haritsah.
Tiga tahun kemudian Abu al-Ash menyelinap ke rumah Zainab dan meminta perlindungan. Zainab memberinya. Nabi, setelah mengetahui kabar itu, menyuruh Zainab memuliakan Abu al-Ash tapi jangan biarkan dia mendekatinya karena Abu al-Ash datang hanya untuk barang dagangannya.
Abu al-Ash bilang bahwa dia datang untuk mengembalikan barang dagangan yang ia kafilahi kepada pemiliknya masing-masing di Mekah. Dagangan itu dirampas oleh pasukan Muslim. Nabi mengiyakan. Abu al-Ash pergi seolah keperluannya memang hanya untuk urusan dagangan saja.
Tetapi setibanya di Mekah, setelah mengembalikan seluruh dagangannya, di depan semua orang ia bersyahadat. “Sesungguhnya,” lanjutnya, “tidak ada yang menghalangiku masuk Islam di tempat Muhammad kecuali karena aku takut kalian menyangka aku ingin memakan harta kalian.”
Abu al-Ash kembali ke Madinah dan Nabi melanggengkan pernikahannya dengan Zainab dalam Islam.
Zainab lahir 23 tahun sebelum Hijrah/600 M di Mekkah dan wafat 8 H/ 629 M masih muda, usia 29 tahun di Madinah. Kisah Zainab seperti film-film drama hari ini, berliku, mengangkan, dan penuh perjuangan. Mungkin ini putri Nabi yang bagus juga difilmkan. Mungkin.