Mayat-mayat berserakan dan orang-orang berlarian tatkala sebuah bom meledak di taman Ghuslan Iqbal, Lahore, Pakistan, Minggu malam (27/3/2016). “Api membubung tinggi dan sejumlah tubuh terpental jauh,” kata seorang saksi mata menggambarkan situasi.
Sebagaimana diberitakan BBC, ada 69 orang yang tewas dalam ledakan tersebut dan 400 lainnya luka-luka. Dibanding serangan di Brussels beberapa waktu lalu, serangan di Pakistan memakan korban jiwa yang jauh lebih banyak, yang ironisnya sebagian perempuan dan anak-anak. Taman Ghulsan Iqbal, hari itu, memang sedang dipenuhi rombongan keluarga yang merayakan libur Paskah.
Pihak kepolisian Pakistan mengatakan bahwa bom tersebut sepertinya berasal dari bom bunuh diri. Salah satu kelompok Taliban yang tergabung dalam Jamaatul Ahrar menyatakan bahwa mereka berada di balik aksi tersebut. “Serangan itu untuk mereka umat Kristen yang sedang merayakan Paskah,” kata juru bicara Jamaatul Ahrar, Ihsanullah Ihsan.
Serangan terhadap warga sipil oleh kelompok teroris meningkat dalam beberapa bulan terakhir ini. Terhitung Beirut, Paris, Jakarta, Ankara, Istanbul, Brussels dan Lahore. Pelakunya dari kelompok yang berbeda, tapi ironisnya, mereka menjadikan Islam sebagai kedok dari aksi-aksi biadabnya. Hukum-hukum perang diterapkan di kawasan-kawasan di luar medan perang oleh kaum teroris, dan orang-orang tak tahu apa-apa pun menjadi korban, termasuk anak-anak.
Entah apa yang menyelubungi hati para pembom bunuh diri itu, karena membunuh orang yang tak berdosa adalah dosa besar dalam Islam. “Barang siapa membunuh seseorang bukan karena yang bersangkutan punya kesalahan membunuh manusia lainnya, maka ia tak ubahnya telah membunuh manusia sejagat raya,” demikian kata Al-Qur’an dalam surat Al-Maidah 32. (SA)