Sejak maulid Nabi SAW diadakan dan dirayakan oleh sebagian ulama dan kaum Muslim, banyak di antara ulama dan kaum Muslim sendiri yang tidak setuju dengan perayaan maulid ini. Alasan mereka beragam, mulai karena tidak ada perintahnya dari Allah dan Rasul-Nya, tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW dan sahabat, bahkan sebagian lagi hingga menghukumi bid’ah sayyiah atau praktek ibadah baru yang jelek karena tidak disyaritkan dan tidak dicontohkan oleh Nabi SAW.
Dalam kitab Al-Hadyut Tamm fi Mawaridil Maulidin Nabawi, Muhammad Ali bin Husain Al-Maliki Al-Makki menyebutkan sebuah kisah seseorang yang mengatakan bahwa mengadakan dan merayakan maulid Nabi SAW adalah bid’ah sayyiah. Kisah ini diceritakan oleh Sayyid Alawi Al-Maliki dari abahnya Sayyid Abbas Al-Maliki.
Suatu hari, Sayyid Abbas Al-Maliki menghadiri peringatan maulid Nabi SAW di Baitul Maqdis pada malam kelahiran dan bulan kelahiran Nabi SAW. Pada malam itu, Maulid Al-Barzanji termasuk kitab yang dibaca dalam keadaan berdiri secara bersama-sama.
Tak jauh dari tempat beliau berdiri, beliau melihat dan memperhatikan seorang pria tua yang sudah beruban berdiri dengan khusuk dan penuh adab mulai dari awal pembacaan Maulid Al-Barzanji hingga selesai. Beliau pun bertanya kepada pria tua itu akan sikapnya tersebut, yaitu berdiri dengan penuh khusyuk dan penuh adab mulai awal hingga selesai sementara dirinya sudah berusia tua.
Pria tua tersebut lantas bercerita bahwa dia dulu tidak pernah mau berdiri saat acara maulid Nabi SAW dan dia juga termasuk orang yang memiliki keyakinan bahwa peringatan maulid Nabi SAW adalah bid’ah sayyiah.
Suatu malam, dia bermimpi dalam tidurnya. Dia berkumpul bersama sekolompok orang yang menunggu kedatangan Nabi SAW. Saat cahaya wajah Nabi SAW yang bagaikan bulan purnama muncul, sekolompok orang tersebut bangkit dengan berdiri menyambut kehadiran Nabi SAW. Hanya dia seorang saja yang tidak mampu bangkit untuk berdiri. Lalu Nabi SAW berkata padanya, “Kamu tidak akan bisa berdiri.”
Setelah bangun dari tidurnya, dia ternyata dalam keadaan duduk dan tidak mampu berdiri. Kondisi ini dia alami selama satu tahun. Kemudian dia bernazar jika Allah menyembuhkan sakitnya ini, dia akan berdiri mulai awal hingga akhir pembacaan Maulid Nabi SAW. Pada akhirnya, Allah menyembuhkannya. Karena itu, dia selalu berdiri dari awal hingga akhir setiap acara pembacaan Maulid Nabi SAW untuk memenuhi nazarnya karena takzim dan menghormati Nabi SAW.