Pimpinan gerakan perlawanan Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh di ibukota Iran, Teheran. Israel disebut bertanggung jawab atas kematiannya.
Haniyeh dan salah satu pengawalnya terbunuh setelah bangunan tempat mereka menginap diserang. Ini terjadi ketika Haniyeh berencana menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.
Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) juga mengumumkan kematian Haniyeh.
“Awal pagi ini, tempat tinggal Ismail Haniyeh di Teheran diserang, mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya syahid. Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan,” kata IRGC dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa serangan tersebut sedang dalam penyelidikan.
Menurut laporan beberapa media, pemimpin gerakan perlawanan Hamas tersebut terbunuh ketika sebuah “proyektil berpemandu udara” menghantam tempat tinggal khusus untuk veteran militer di utara Teheran. Tepat di tempat dia menginap, Haniyeh mangkat sekitar pukul 2 pagi waktu setempat (22:30 GMT pada hari Selasa).
Israel tetap diam atas kematian Haniyeh. Beberapa media melaporkan bahwa kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan para menteri kabinet untuk tidak berkomentar.
Meskipun demikian, Menteri Heritage sayap kanan Amichai Eliyahu merayakan kematian pemimpin Hamas tersebut di platform media sosial X, menyusul nama Ismail Haniyeh menenmpati puncang trending topik percakapan.
“Kematian ini membuat dunia sedikit lebih baik,” tulisnya dalam bahasa Ibrani.
Haniyeh meninggalkan Jalur Gaza pada tahun 2019 dan tinggal di Qatar. Pemimpin tertinggi Hamas di Gaza adalah Yahya Sinwar.
Gaza Berduka
Hani Mahmoud, jurnalis Al Jazeera, yang berada di Deir el-Balah di Gaza, mengatakan bahwa pembunuhan tersebut “signifikan” bagi rakyat Gaza karena dia memimpin negosiasi yang mereka harapkan akan mengarah pada gencatan senjata.
“Rakyat Palestina di seluruh Gaza dan Tepi Barat juga melihat Ismail Haniyeh sebagai pemimpin moderat yang jauh lebih pragmatis dibandingkan dengan pemimpin lain yang mengepalai sisi militer gerakan tersebut,” kata Mahmoud.
“Dia sangat populer di sini. Dia tumbuh di kamp pengungsi. Dia mewakili sebagian besar rakyat yang merupakan keturunan dari keluarga pengungsi yang diusir dari wilayah Palestina pada tahun 1948.”
Banyak yang khawatir bahwa pembunuhan Haniyeh sekarang dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut dari konflik tersebut, tambahnya.
Ketegangan sudah tinggi setelah Israel mengatakan bahwa pihaknya menargetkan seorang komandan senior Hisbullah dalam “serangan presisi” di Beirut pada hari Selasa.
“Ini adalah eskalasi besar-apa yang terjadi kemarin di Lebanon, apa yang terjadi hari ini di Teheran. Ini adalah eskalasi oleh [Israel] dan itu akan memiliki dampak signifikan,” kata Sami al-Arian, direktur Pusat Islam dan Urusan Global di Universitas Istanbul Zaim, kepada Al Jazeera.