Pemilih dari Muslim Amerika Serikat menyumbang suara dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam Pemilihan Presiden AS. Sumbangan suara dari Muslim Amerika pada akhirnya membantu Joe Biden mengamankan kemenangan di Michigan, yang krusial dalam mengungguli jumlah suara Trump menurut hasil jajak pendapat.
Sampai berita ini ditulis, Joe Biden sudah mengungguli jumlah suara elektoral dengan 290 berbanding 214 milik Trump sebagai petahana. Jumlah tersebut melampaui ambang batas 270 suara elektoral dari total 538 suara electoral yang tersedia untuk bisa memenangkan Pilpres AS.
Menurut jajak pendapat dari Council on American-Islamic Relations, atau CAIR – organisasi advokasi hak-hak sipil terbesar bagi Muslim AS, lebih dari satu juta Muslim Amerika berpartisipasi dalam pemilihan tersebut.
Data tersebut menunjukkan bahwa 69 persen Muslim AS memilih Joe Biden dan 17 persen lainnya memilih Presiden Donald Trump, empat persen lebih banyak daripada yang dia terima pada Pilpres AS tahun 2016.
“Kemampuan signifikan komunitas Muslim untuk memengaruhi hasil berbagai pertarungan di negara ini – termasuk pemilihan presiden – diakui secara nasional oleh para kandidat dan media,” kata direktur eksekutif nasional CAIR Nihad Awad dilansir oleh Arabianbusiness.com.
Direktur urusan pemerintahan CAIR, Robert McCaw, mengatakan, tidak dapat disangkal lagi bahwa Muslim Amerika saat ini memainkan peranan penting dalam konstelasi politik lokal, negara bagian, bahkan nasional.
“Sekarang adalah waktu untuk meminta pertanggungjawaban politisi yang kami pilih untuk memastikan bahwa hak sipil dan agama semua orang Amerika ditegakkan dan dilindungi,” tambahnya.
Kandidat Muslim sangat lazim dalam Pemilihan lokal. Di San Francisco, misalnya, enam Muslim Amerika dipilih untuk jabatan lokal, sementara di Indiana, Muslim pertama terpilih untuk duduk di Statehouse.
CAIR mencatat, jumlah pemilih dari Muslim yang sebenarnya mungkin lebih besar, karena basis datanya dikumpulkan dengan mencocokkan catatan negara bagian dari pemilih terdaftar dengan daftar sekitar 45.000 nama depan dan nama belakang tradisional yang identik dengan Muslim. Oleh karenanya, basis data tidak memasukkan Muslim dengan nama yang tidak umum atau nama yang juga lzim dipakai di komunitas selain Muslim, seperti nama ‘Sarah’ atau ‘Adam’.
Di Michigan – negara bagian penting yang menjadi medan pertempuran yang telah dimenangi Biden – pemilih Arab dan Muslim memiliki peran penting dalam membantunya mengamankan pemilihan.
Emgage Action, kelompok advokasi Muslim yang mendukung Biden, memperkirakan sekitar 81.000 Muslim memberikan suara melalui mekanisme early votes dan absentee di Michigan, tempat Biden mengungguli Trump dengan sekitar 150.000 suara.
“Di manakah Demokrat tanpa suara 81.000 Muslim tersebut?” Nada Al-Hanooti, direktur eksekutif Emgage’s Michigan chapter seperti dikutip di Huffington Post. “Umat Muslim datang untuk Biden… dan kami akan mengharapkan dia muncul untuk kami pada bulan Januari.”
Perkiraan jumlah pemilih Muslim bervariasi, tetapi di Michigan, Muslim dan Arab-Amerika diperkirakan menempati antara 2,75 dan 5 persen suara. Di pinggiran kota Detroit. Dearborn, warga keturunan Arab hampir berjumlah setengah dari populasi.
Perkiraan dari Institute for Social Policy and Understanding menjelang pemungutan suara menunjukkan bahwa sementara 51 persen pemilih Muslim Amerika condong ke Demokrat. Adapun dukungan untuk Donald Trump naik dari hanya 13 persen pada 2018 menjadi 16 persen pada 2019 menjadi 30 persen pada 2020.