Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Apel Nasional Hari Santri dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2022. Bertindak sebagai pembina Apel, Ketua Umum PBNU, Gus Yahya Cholil Staquf, menyampaikan amanat atau pidato kepada para peserta apel khususnya dan kepada seluruh santri umumnya.
Berikut pidato lengkap Gus Yahya:
Assalamu’alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Alhamdulillah, was syukru lillah. Wassholatu wassalamu ‘ala nabiyyina Muhammad ibn ‘Abdillah, wa ‘ala `alihi wa shahbihi wa man walahu. Amma ba’du.
Para kyai, para nyai, yang kami muliakan. Para santri yang kami cintai. Saudara-saudara se-bangsa yang kami cintai pula.
Alhamdulillah, kita berterima kasih kepada pemerintah, kepada presiden Joko Widodo, yang telah menetapkan hari santri sebagai salah satu hari nasional, sebagai penghormatan atas jasa para pahlawan dari kalangan kyai dan santri. Kita bersyukur ke hadirat Allah Swt, bahwa atas takdirNya, kita menerima nikmat yang membesarkan hati, memberi kebanggan kepada kita semua santri Indonesia.
Tetapi, kebanggaan ini tidak boleh hanya berhenti dengan rasa bangga saja. Kebanggaan atas jasa-jasa besar para pendahulu kita tidak boleh berhenti hanya pada rasa besar hati dan percaya diri saja. Apalagi, jangan sampai rasa bangga ini membuat santri hari ini merasa berhak untuk menuntut balas jasa dari jasa para pendahulu kita.
Jangan sampai santri hari ini merasa punya hak lebih dari yang lain hanya karena jasa besar para pendahulu kita. Nilai kita, harga kita, tidak ditentukan oleh siapa kakek atau buyut kita. Nilai kita, harga kita, ditentukan oleh perbuatan kita hari ini dan sumbangan kita kepada bangsa dan negara yang kita cintai ini. Para pendahulu kita mulia karena jasa-jasa mereka. Kita, generasi hari ini, hanya mungkin bisa mulia apabila kita mampu mempersembahkan jasa yang mulia untuk bangsa dan negara yang kita cintai.
Lebih dari itu, santri tidak boleh menjadi identitas kesuku-sukuan yang statis, menjadi kelompok eksklusif yang hanya berpikir untuk diri sendiri saja. Santri tidak boleh hanya menjadi kelompok yang menuntut, tetapi santri harus menjadi kader-kader yang dinamis yang terus bergerak, melayani, mempersembahkan yang terbaik untuk bangsa dan negara yang kita cintai ini.
Para pendahulu kita mempersembahkan segala-galanya yang mereka miliki, termasuk nyawa. Bukan untuk kepentingan sendiri, kelompok sendiri, apalagi sekedar menanam saham jasa agar bisa dipetik oleh anak cucu mereka sendiri. Pendahulu kita mempersembahkan segalanya demi kemaslahatan, kejayaan, segenap bangsa Indonesia tanpa terkecuali.
Tidak ada cara yang patut untuk memuliakan jasa para pendahulu itu, selain dengan meneladani mereka, berusaha, berjuang seperti mereka. Berusaha mempersembahkan Khidmah yang ikhlas, kepada semua, seluruh bangsa Indonesia, kepada kemanusiaan, seperti para pendahulu kita. Hanya dengan cara itu, kita akan memiliki tenaga lahir dan batin yang cukup untuk memikul tanggung jawab dari mandat sejarah yang luar biasa raksasa, yaitu mandat untuk merawat jagat dan membangun peradaban.
Alhamdulillah, apel kita hari ini dilaksanakan di ponpes Tebuireng, ponpes yang didirikan oleh muassis NU, KH. Hasyim Asyari, diikuti oleh 4000 santri, ditambah seribu kader NU dari ranting-ranting Jombang. Apel ini juga tersembung secara hybrid dan diikuti bersama-sama oleh para santri, para kader bangsa, dari berbagai kalangan, sekurang-kurangnya di 528 titik di seluruh Indonesia. Dengan secara keseluruhan, tidak kurang 527 ribu peserta.
Secara khusus, saya ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada tim PBNU yang telah merancang dan melaksanakan Apel Nasional Hari Santri ini dengan sebaik-baiknya. Di bawah pimpinan Sekjen PBNU H. Syaifullah Yusuf dan pejabat Ketua RMI NU KH. Khodri Arif. Semoga ini semua menjadi berkah bagi NU dan santri-santri seluruh Indonesia.
RMI selain ini juga menyelenggarakan beberapa kegiatan lain, di antaranya adalah Musabaqah Syarah Qawaid Fiqhiyyah yang telah dilaksanakan dan menghasilkan sejumlah pemenang dari seleksi secara Nasional, lomba ini diikuti oleh 337 santri dari 110 pesantren dan dimulai sejak 18 oktober 2022 lalu dan telah menghasilkan beberapa orang dengan pencapaian tertinggi.
Nilna Zahwa Zaharah dari PP Al Hikmah 2 Brebes, Jawa Tengah. Juara kedua, M. Nabil Ali Ma’lum dari PP Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Juara ketiga, M. Fatih Athoillah, dari PP Fadhlul Walid, Ngangkruk, Grobogan, Jawa Tengah. Juara harapan 1, Zulfan Musthofa Shihab dari PP Al-Muhajirin, Purwakarta, Jawa Barat. Harapan 2, Adelin Nauli Fitriana dari PP Krapyak, Bantul, Yogyakarta.
Ini semua baru merupakan ikhtiar simbolis untuk mengenang jasa-jasa dari para pahlawan pendahulu kita. Kita tahu bahwa sesudah ini ada tugas, ada tanggung jawab raksasa yang harus kita arungi, harus kita pikul. Tapi, kita tidak boleh berkecil hati, karena kita mewarisi doa, ilmu dan barokah dari para pahlawan pendahulu yang mulia.
Semoga bimbingan dan pertolongan Allah Swt senantiasa memayungi dan mengayomi bangsa dan negara yang kita cintai ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wallahul muwafiq ila aqwamit thariq, Wassalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu.