Perintah Makan dalam Qur’an

Perintah Makan dalam Qur’an

Melihat arti pentingnya nilai makanan bagi manusia ini, Islam menaruh perhatian besar pada soal makanan ini.

Perintah Makan dalam Qur’an

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia. Makanan merupakan sumber energi, sehingga pertumbuhan tubuh manusia sangat tergantung pada makanan yang dikonsumsinya. Begitu juga terkait dengan kondisi kesehatan. Banyak orang yang mengatakan bahwa makananmu adalah obatmu, jika apa yang kita makan itu baik dan bergizi nantinya juga berdampak pada kondisi kesehatan yang baik pula.
 Melihat arti pentingnya nilai makanan bagi manusia ini, Islam menaruh perhatian besar pada soal makanan ini. Dalam kitab suci Al-Qur’an, disebutkan secara berulang-ulang kata tha’am yang diartikan makanan, dan juga perintah untuk makan, ákala.  Perintah makan bagi manusia ini tentunya dalam koridor jenis makanan yang oleh Islam disebut makanan yang halal serta diikuti dengan sifat thayyib. Hal ini sebagaiamana yang diterangkan Allah dalam beberapa firman-Nya.  
Dalam QS al-Baqarah 172, berbunyi;

يَـــــأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبـــــــــــتِ مَا رَزَقْنــــــــكُمْ وَ اشْكُرُوْا لِلّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّـاهُ تَعْبُدُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah
QS An-Nahl ayat 114, berbunyi;

 فَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّهُ حَلـــــــلاً طَيِّبًا وَاشْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah
QS al Maidah ayat 88 yang berbunyi:

وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّهُ حَلــــــــــــــــــــلاً طَيِّبًا   وَاتَّقُوْا اللّهَ الَّذِيْ أَنْتُمْ بِه  مُؤْمِنُوْنَ

Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

Kedua ayat tersebut selain memerintahkan kepada manusia untuk makan dengan makanan yang halal dan thayyib juga dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah. Hal tersebut dikarenakan selain sebagai bentuk ketakwaan, makanan yang halal itu sendiri merupakan bentuk rezeki dari kemurahan Allah. Guna memperoleh makanan yang halal dan thayyib tersebut, utamanya dalam makanan yang bersifat hewani, al-qur’an memberikan beberapa syarat, yang tertuang dalam QS al-An’am ayat 118.

فَكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ بِـــــأيــــــــتِه  مُؤْمِنِيْنَ

Maka makanlah (daging) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.

Ayat-ayat diatas secara normatif menunjukkan kepedulian Allah terhadap soal makanan bagi hamba-Nya, agar manusia berenergi untuk menjalani kehidupan dan beribadah kepada-Nya. Sekaligus juga mengajak manusia untuk mengindahkan dalam mendapatkan makanan yang halal serta baik. Halal yang dimaksudkan adalah jenis makanan dari tumbuhan dan hewan yang tidak diharamkan, juga halal dimaksudkan bersumber dari usaha yang baik, bukan hasil mencuri, korupsi dan sejenisnya. (Dari berbagai sumber)