Ketika turun perintah Allah kepada Rasulullah dan pengikutnya di Makkah untuk berhijrah ke Madinah, Abbas bin Abdul Muthalib sebenarnya sangat ingin menyertai keponakannya itu. Ia pun meminta izin kepada Rasulullah untuk berhijrah ke Madinah. Namun, Rasulullah meminta Abbas untuk menetap dan tinggal di Mekah, guna memberikan perlindungan kepada orang-orang Islam yang masih tersisa lantaran belum bisa ikut berhijrah, serta menjadi sumber informasi di lingkungan Quraisy Mekah.
Abbas pun menyetujui hal itu, bahkan ia memberi informasi seputar kaum Quraisy dan melaporkan keadaan Mekah setelah Rasulullah berangkat ke Madinah.
Abbas menulis surat kepada Rasulullah terkait peperangan Badar, Uhud serta Ahzab. Ia pula yang memberitahu Rasulullah tentang rencana dan keputusan Quraisy. Hingga pada suatu waktu, Abbas bin Abdul Muthalib akhirnya diperbolehkan untuk berhijrah ke Madinah dan bergabung dengan Rasulullah. Ia pergi berhijrah bersama Naufal Ibnul Harits. Namun ada perbedaan pendapat mengenai tanggal hijrahnya, sebagian pendapat mengatakan Abbas diperbolehkan berhijrah ketika menjelang pembebasan kota Makkah (Fath Makkah).
Peranan besar Abbas bin Abdul Muthalib dalam perjuangan Islam, salah satunya yaitu ketika ia terlibat aktif dalam perang Hunain yang terjadi tak lama setelah penaklukan kota Mekah. Dalam perang ini, akibat serangan mendadak yang diluncurkan oleh kaum musyrikin, membuat pasukan kaum Muslimin yang lengah mundur ke belakang dan melarikan diri.
Di sebutkan dalam Sirah Nabawiyyah, bahwa pada saat itu hanya tersisa beberapa sahabat Nabi yang tidak banyak jumlahnya. Ketika keadaan genting, Abu Sufyan bin al Harits segera memegang tali kekang keledai Rasulullah dan Abbas yang saat itu berada di dekat Rasulullah memegang pelananya untuk menahan agar keledainya tidak lari.
Rasulullah lalu memerintahkan kepada pamannya itu untuk memanggil para sahabat dan kaum Muslimin yang lain. Abbas pun berteriak dengan suaranya yang lantang, “Manakah orang-orang yang telah berikrar di bawah pohon? Wahai kaum Anshar, wahai orang-orang yang telah berbaiat”. Teriakan Abbas ini membuat kaum Muslimin tersadar dan mengetuk qalbu mereka yang lari ketakutan karena serangan mendadak ini. Mereka pun menyahut, “Kami mendengar seruanmu. Kami mendengar seruanmu.” Setelah itu, kaum Muslimin kembali berkumpul bersama Rasulullah, dan mereka siap untuk bertempur dan menghadapi musuh. Peristiwa perang Hunain ini diabadikan oleh Allah dalam kitabnya yang mulia, Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 25-26.
Inilah Abbas bin Abdul Muthalib, paman yang sangat disayangi Rasulullah. Kewibawaan dan kesetiaannya menjadikan ia senantiasa melindungi dan mendukung perjuangan Rasulullah dalam mendakwahkan Islam, baik sebelum memeluk Islam hingga Allah datangkan kepadanya iman.
Abbas termasuk salah satu tokoh yang ikut mengibarkan panji Islam, dan kepercayaan Rasulullah kepadanya menjadikan Abbas sebagai penasihat utama Rasulullah serta menyertainya dalam Baiat Aqabah kedua. Rasulullah pun memuji keteguhan, kecintaan, serta kebaikan akhlaknya. Itu merupakan suatu hal yang dapat kita teladani dan sebuah pembelajaran penting dalam kehidupan. (AN)
Baca juga kisah lain tentang Abbas bin Abdul Muthalib dan Sirah Nabawiyah
Wallahu a’lam bi shawab.