Samiri adalah nama orang yang menampakkan dirinya sebagai pengikut Nabi Musa. Namun dalam hatinya tetap tertanam kecintaan kepada penyembahan patung dan berhala sapi sebagaimana kepercayaan nenek moyangnya (kaum Bajarma).
Dan dialah yang menyesatkan Bani Israel (QS. Thoha: 85) dengan memerintahkan mereka menyembah patung anak sapi (‘ijl) ketika Nabi Musa terlambat kembali kepada mereka dari panggilan Tuhan selama 40 hari padahal Nabi Musa hanya menjanjikan 30 hari (Al A’rof 142).
Setelah melalui interogasi dan persidangan, Samiri pun dihukum oleh Nabi Musa, dengan sebuah pernyataan لا مساس (laa misaas). Berkaitan dengan ini, Allah berfirman dalam Surat Thoha 97:
قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي الْحَيَاةِ أَن تَقُولَ لَا مِسَاسَ
“Dia (Musa) berkata, pergilah kau (Samiri), sesungguhnya dalam kehidupan (dunia) ini, engkau (hanya dapat) mengatakan, “Jangan menyentuhku”
Para Mufassir ketika menafsirkan kata “laa misaas” dalam ayat di atas, menyebutkan bahwa Nabi Musa mengharamkan umatnya untuk mengajak Samiri bicara, atau berhadap-hadapan dengannya dan bertransaksi dengannya, dan jika ada yang kebetulan bersentuhan dengan Samiri maka yang bersentuhan akan langsung demam, begitu juga Samiri akan ikut demam. sehingga dia selalu berteriak kepada setiap orang “Jangan menyentuhku”, begitu seterusnya sepanjang hidupnya.
Wa Iyaadh Billah…
(Sumber: Tafsir Showi dan Al Kassyyaf)