Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 30. Rencana penciptaan manusia awalnya dipertanyakan para malaikat, karena mereka khawatir akan terjadi pertumpahan darah dan kerusakan di bumi. Allah SWT meyakinkan malaikat dengan pernyataan, “Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”
Kemudian Allah SWT menciptakan manusia pertama bernama Adam. Tak lama setelah itu Hawa diciptakan untuk menemani Adam. Adam dan Hawa sebelum diturunkan ke bumi tinggal di surga. Di sana mereka dibolehkan melakukan apa saja asal tidak menyentuh pohon larangan. “Jangan kamu dekati pohon itu, karena kalau kamu dekati, kamu termasuk orang yang dzalim” (Surat al-Baqarah ayat 35).
Singkat cerita, Adam dan Hawa mendekati pohon terlarang tersebut karena tak kuasa membendung rayuan setan. Allah SWT pun akhirnya menurunkan keduanya ke bumi. Setiba di bumi Adam dan Hawa langsung memohon ampun kepada Allah SWT.
Semua ini tentu bagian dari rencana Tuhan. Karena kalau dilihat dari surat al-Baqarah ayat 30, sejak awal Tuhan memang ingin menciptakan manusia untuk mengelola bumi. Adam dan Hawa diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi, bukan menjadi pengelola surga. Tapi mengapa Adam diminta mampir dulu ke surga sebelum diturunkan ke bumi?
Prof. Quraish shihab menjelaskan, Nabi Adam diminta mampir ke surga supaya mendapat gambaran tentang apa yang harus dilakukan di bumi. Di surga tersedia makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang baik. Manusia mestinya juga harus berusaha untuk menyediakan dan mecari makanan, pakaian, dan tempat yang baik. Minimal setiap keluarga punya rumah, pakaian, dan makanan yang cukup. Di surga penuh kedamaian dan ketenangan. Manusia juga harus menciptakan kedamaian dan ketenangan di bumi. Selain itu, di surga ada setan yang terus menggoda, di bumi juga seperti itu, selalu ada keburukan dan kejahatan yang mengintai manusia. Kewajiban manusia adalah bagaimana caranya menghindar dari godaan itu dan tidak melakukan kerusakan dan kejahatan.
“Sejak mula Allah sudah katakana untuk menciptakan khalifah, tapi disuruh dulu mampir ke surga. Ciptakan bayang-bayang surga dan kedamaian di dunia.” Tegas Prof. Quraish Shihab.
Dalam pengajian Quraish Shihab dan Baim Wong bertajuk “Berbicara Kasih Sayang dengan Quraish Shihab”, Penulis Tafsir al-Misbah ini mengingatkan, “Tugas kita membangun peradaban. Yang dibimbing oleh shalat, puasa, dan zakat. Anda bawa bekal, bagus. Bekal kita, itu kita gunakan dalam perjalanan menuju tujuan. Shalat bekal. Jangan rajin kumpul bekal, tapi tidak berjalan. Kita disuruh membangun dunia ini atau peradaban.”
Tugas manusia sebagai khalifah di bumi adalah membangun peradaban, bukan hanya shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah formal lainnya. Ibadah formal seperti shalat itu memang kewajiban, tapi tugas manusia bukan hanya itu. Ibadah formal dikatakan Prof. Quraish sebagai modal untuk membangun peradaban. Tapi jangan sampai sibuk mengumpulkan modal, tapi malah lupa tugas utama lainnya, yaitu membangun peradaban.
“Peradaban itu apa? Ilmu, seni, dan etika. Mencari yang benar melahirkan ilmu. Mencari yang indah melahirkan seni. Mencari yang baik melahirkan etika” Tegas Prof. Quraish.
Peradaban itu ditandai dengan tiga hal: ilmu, seni, dan etika. Peradaban dikatakan maju bila ilmu, seni, dan etikanya berkembang. Umat Islam tidak boleh anti terhadap ilmu pengetahuan, seni, dan etika. Sebab dengan ketiga hal inilah peradaban manusia bisa berkembang dan maju.