Pelajaran Menguraikan Kalimat

Pelajaran Menguraikan Kalimat

Pelajaran Menguraikan Kalimat

Pelajaran Pertama

 

Umurnya enampuluhan

Tapi masih mengajar

Suatu kali dia masuk kelas dan bilang:

“Anak-anak,

Uraikan: Guru datang

 

Kami kira dia bergurau

Maka kami tertawa dan menjawab:

“datang: sebutan

Guru: …………..”

 

Tiba-tiba saja kami paham

Kami bungkam

Kami dengar dia komat-kamit:

“datang: sebutan

guru:

Dia tidak datang!

Alat negara mengamankanya

Tapi kelak dia akan mengajar.”

 

Pelajaran kedua:

 

Makin lama kami makin besar

Kini umurnya hampir tujuh puluh

Tapi masih mengajar

Suatu kali dia masuk kelas dan bilang:

 

“Guruku mimpi tentang revolusi tapi tak ingin berjuang.

Murid-murid, dengarkan kalimat tadi

Kalimat yang bernilai seribu kalimat biasa

Siapa yang bisa menguraikan akan jadi pejuang!

 

Kami bungkam. Kami tak mengucap sepatah kata

Tapi kebisuan kami sendiri adalah perjuangan

Kebisuan kami adalah…

Tapi begini.

 

Di dalam kelas ada seorang anak lelaki

Yang menggarap bumi dengan tangan sendiri

Buah zaitunnya rampak dan rindang sekali

Namanya Adnan – petani tanpa tanah, tapi

Dia tidak tinggal diam. Tidak

Dia pejuang sejati

 

Hari ini kusaksikan dia tak menghiraukan tata bahasa

Dan mengajar menguraikan kalimat tadi

Begini caranya:

 

“Guruku                        :         bukan pokok

mimpi                            :         bukan sebutan

tentang                         :         kata hubung      

revolusi                         :         tak ditentukan kata hubung

tapi tak ingin berjuang :         ini benar!”

 

Pelajaran Sebelum Yang Terakhir

 

Sehari kemudian guru masuk kelas

Sangat menarik mempesona, bagai jeruk baru dipetik

Meski umurnya 70-an, dia kanak-kanak

Dia memberi salam

Dia membawa kalimat baru dan bilang:

 

“Mereka telah memasukkan Adnan ke tahanan”

Uraikan itu, anak-anak

Uraikan itu, anak-anak

Mula-mula kami terbahak-bahak…

Lalu menangis

Lalu tersedu-sedu

 

Adnan     :         pokok

tahanan     :         tujuan”

 

Tiba-tiba kami semua jadi dewasa

Tiba-tiba kami semua jadi lelaki

Tiba-tiba kami semua jadi wanita.

 

Oleh:

Rashid Hussein, lahir pada 1936. Puisi-puisinya banyak diilhami oleh penyair Arab dari abad ke-11, Abu al-‘Ala al-Ma’arri. Oleh Mahmoud Darwish ia dipuji sebagai seorang “bintang”. Ia meninggal pada 2 Februari 1977 di New York pad usia yang masih cukup muda.

Diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M. dan Taufiq Ismail