Konsumsi masyarakat saat Ramadhan cenderung naik. hal itu bisa dilihat dengan maraknya tradisi taksil hingga bukber yang tersebar di mana-mana. Sayangya jika tidak dikelola dengan baik akan menghasilkan sampah yang berjibun. Di dasari akan hal ini muncullah gerakan eco-Ramadhan yang mengajak beribadah di bulan suci dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
“Pada saat Ramadan kan yang awalnya kita nggak pernah jajan takjil atau camilan, saat Ramadan kita beli di luar,” ujar penggagas eco-Ramadan DK Wardhani. Menurutnya tanpa disadari, tradisi khas Ramadhan menghasilkan banyak sampah. Dini mengungkapkan bahwa di Jakarta saja, sampah bertambah 864 ton bahkan di hari pertama Ramadan. Kenaikan jumlah dimungkinan terjadi di banyak kota lainnnya di Indonesia. Sampah-sampah itu kebanyakan berasal dari wadah plastik dan kresek untuk takjil.
“Yang sebenarnya tidak kita perlukan. Jadi kita itu sebenarnya nggak terlalu perlu banget tapi kita terlena, termanjakan, kita lihat itu (plastik) sebagai sebuah kepraktisan. Akhirnya kita menggunakan jalan yang singkat ini, sebenarnya kita nggak butuh-butuh banget,” ujarnya seperti dilansir laman voaindonesia.
Menurutnya agama Islam mengajarkan pelestarian lingkungan sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat Al Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu dini dan teman-temannya mendorong terutama komunitas muslim bisa mengurangi sampah selama Ramadan. “Kalau kita mau ini jadi amal kebaikan, kita niatkan di bulan Ramadhan ini kita mau berubah saya mau jadi orang yang lebih baik. Ayolah, ini sebenarnya hal yang sangat ringan,” ajaknya.
Dini memberikan resep bagaimana cara untuk mengurangi sampah. Salah satunya adalah dengan mengadopsi konsep minim sampah. diantaranya dengan makanan takjil yang disuguhkan di piring beling dan air disediakan lewat galon, maka penggunaan plastik bisa diminimalisir.