Menyikapi perkembangan yang terjadi beberapa hari ini, di mana masyarakat diributkan oleh pro-kontra Ahok terkait pernyataannya yang oleh sebagian kaum muslimin dianggap menista Qur’an, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan surat edaran yang mengajak semua elemen bangsa untuk menjaga semangat persaudaraan dan persatuan. Dalam surat berjudul “Saatnya Memenuhi Rasa Keadilan Masyarakat” yang dikeluarkan hari ini, Senin, 7 Nopember 2016, PBNU mengingatkan agar apa yang sudah terjadi bisa menjadi pelajaran buat semua.
PBNU, yang sebelumnya terkesan menentang Aksi 4 Nopember dengan melarang warga NU untuk ikut serta mengungkapkan apresiasinya atas aksi tersebut dan mengharhainya sebagai proses demokrasi. Meski terjadi insiden bentrokan dan pembakaran mobil polisi, namun PBNU percaya bahwa itu merupakan ulah pihak-pihak tak bertanggung jawab yang memang menginginkan agar aksi rusuh. Terkait hal tersebut, PBNU mendukung aparat untuk menindak tegas dan memprosesnya secara hukum.
Dalam surat edaran tersebut PBNU juga mengingatkan agar pemimpin menjaga sikap dan omongannya. Mengutip ungkapan “salamatul insan fi hifdzil lisan” PBNU menekankan bahwa karena pemimpin adalah teladan, maka pemimpin tidak boleh berkata-kata kotor, apalagi yang sampai menimbulkan kontroversi dan perpecahan. Meski tak ada kata Basuki Tjahaja Purnama disebut dalam surat tersebut, peringatan PBNU cukup jelas bisa dikatakan bahwa poin ini ditujukan ke Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Atas peristiwa yang sudah terlanjur membesar dan menjadi medan percekcokan semua orang, PBNU mendesak pemerintahan untuk melakukan dialog intensif dengan tokoh-tokoh agama demi terciptanya situasi yang kondusif. PBNU menyayangkap pemerintah yang dianggap terlambat menyikapi perkembangan.
Surat yang ditanda tangani Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj serta Sekjen Helmy Faisal Zaini tersebut sejak sore fotonya beredar luas di social media dan ditanggapi beragam ole netizen, seirimg dengan dengan kunjungan presiden Jokowi ke kantor PBNU siang tadi. [vic]