Anak merupakan anugerah ilahi, ia sebagai penerus cita-cita orang tuanya. Jika saat ini selalu dimanja , bisa dipastikan akan membawa dampak buruk baginya, dan ke orang tuanya sendiri. Bagaimana sikap kita sebagai orang tua, agar seorang anak menjadi orang yang mandiri serta bermartabat di masa depan, tanpa mempunyai watak yang bermental pengemis, selalu berharap pemberian orang lain.
Dalam sebuah Syair Arab yang dikutip oleh Abu Al-lais as-Samarqandi mengutip dari al-Abrasy:
تَعَلَّمْ ﻓَﻠَﻴْﺲَ اَﻟْﻤَﺮْءُ ﻳُﻭْﻟَﺪُ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ … ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﺃَﺧُﻮْ ﻋِﻠْﻢٍ ﻛَﻤَﻦْ ﻫُﻮَ ﺟَﺎﻫِﻞُ
ﻭَﺇِﻥَّ ﻛَﺒِﻴْﺮَ اﻟْﻘَﻮْﻡِ ﻻَ ﻋِﻠْﻢَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ … ﺻَﻐِﻴْﺮٌ ﺇِﺫَا اِﻟْﺘَﻔَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
Artinya: Belajarlah, karena seseorang tak akan menjadi orang yang pintar, orang yang berilmu tak sama dengan orang yang tak tahu. Orang yang terpandang dimasyarakat, jika ia tak berilmu akan menjadi rendah derajatnya.
Dari keterangan diatas, yang perlu ditekankan orang tua kepada anaknya adalah urusan pendidikan. Anak boleh meminta apapun dalam batas-batas tertentu dengan ketentuan sebagai reward atas apa yang ia telah lakukan, bukan mengiyakan semua permintaan anak, tanpa ada faktor untuk mendidiknya, karena hal ini akan menjadi kebiasaan sampai ia dewasa.
Keberhasilan seorang anak ditentukan oleh banyak pihak, mulai dari keluarga, sekolah, kampus, serta lingkungan yang sangat mempengaruhi nya, maka peran orang tua harus selalu memantau perkembangan anaknya, tak boleh bertumpu kepada pihak sekolah saja, dengan dalih sudah membayar biaya sekolahnya. Disekolah hanya terbatas waktunya, mereka akan menghabiskan waktunya di rumah, dan tempat mereka bergaul dengan teman-temannya.
Maka dari itu keberhasilan seorang anak, akan ditentukan oleh semua kalangan, khususnya orang tuanya dengan tidak memanjakannya, tapi mendidiknya dengan memberi teladan yang baik kepadanya, karena kebanyakan anak akan meniru pola hidup yang dilakukan oleh orang tuanya.