Apakah Sunnah Memberi Nama Anak dengan Bahasa Arab?

Apakah Sunnah Memberi Nama Anak dengan Bahasa Arab?

Apakah Sunnah Memberi Nama Anak dengan Bahasa Arab?
ilustrasi anak laki-laki

Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk menamai anak dengan nama yang bagus. Beliau melarang kita untuk menamai anak dengan nama yang buruk dan maknanya negatif. Memberi nama anak dianjurkan pada hari ketuju setelah kelahiran. Ini sebagaimana dijelaskan Imam al-Nawawi dalam Al-Adzkar:

 السنة أن يسمى المولود اليوم السابع من ولادته أو  يوم الولادة فأما استحبابه يوم السابع، فلما رويناه في كتاب الترمذي عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر بتسمية المولود في يوم سابعه

“Sunnah menamai anak pada hari ketujuh terhitung dari hari kelahiran. Adapun dalilnya ialah riwayat al-Tirmidzi yang bersumber dari Amar bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya Nabi SAW memerintahkan untuk menamai anak pada hari ketujuh.”

Anjuran hadis di atas tentunya tidak bersifat memaksa atau berupa kewajiban. Sebab itu, Imam Nawawi memahami anjuran Nabi Muhammad SAW ini sebagai sebuah sunah. Tradisi ini sebenarnya sudah berlaku di sebagian masyarakat kita. Biasanya mereka menamai anaknya ketika sudah masuk tujuh hari dan sekaligus mengadakan aqiqah.

Kemudian, apakah menamai anak harus dengan bahasa Arab? Sebab umumnya, masyarakat muslim menamai anaknya dengan bahasa Arab, seperti nama-nama Nabi: Muhammad, Ahmad, atau Shalih. Kalau anaknya perempuan, namanya tokoh-tokoh perempuan dalam Islam: Khadijah, Aisyah, Nusaibah, Khaulah, dan lainnya.

Ustadz Ahong, dalam videonya menjelaskan, penamaan anak dengan memakai bahasa Arab tidak harus. Yang perlu dicatat dan dipahami, kita harus memahami arti kata-kata yang akan menjadi nama anak kita. Makna dari kata itu yang penting bagus dan baik, sekalipun bukan dari bahasa Arab.

“Misalnya, anak saya namanya Zeroun, dari bahasa Armenia yang berati bijaksana. Anak kedua saya bernama Alveari, dari bahasa Inggris yang berati sumber ilmu pengetahuan.”

Kalaupun kita mau memberi nama anak dengan bahasa Arab, pahami terlebih dahulu maknanya. Jangan mentang-mentang ada di dalam al-Qur’an kita gunakan sebagai nama anak. Misalnya, menamai anak dengan al-Baqarah, yang berati sapi betina, al-Naml yang berati semut, dan lain-lain.